Bandingkan Cinta Anda Dengan Cinta-Nya!


eramuslim - Cinta adalah memberi, dengan segala daya dan keterbatasannya seorang pecinta akan memberikan apapun yang sekiranya bakal membuat yang dicintainya senang. Bukan balasan cinta yang diharapkan bagi seorang pecinta sejati, meski itu menjadi sesuatu yang melegakannya. Bagi pecinta sejati, senyum dan kebahagiaan yang dicintainya itulah yang menjadi tujuannya.
Cinta adalah menceriakan, seperti bunga-bunga indah di taman yang membawa kenyamanan bagi yang memandangnya. Seperti rerumputan hijau di padang luas yang kehadirannya bagai kesegaran yang menghampar. Seperti taburan pasir di pantai yang menghantarkan kehangatan seiring tiupan angin yang menawarkan kesejukkan. Dan seperti keelokan seluruh alam yang menghadirkan kekaguman terhadapnya.
Cinta adalah berkorban, bagai lilin yang setia menerangi dengan setitik nyalanya meski tubuhnya habis terbakar. Hingga titik terakhirnya, ia pun masih berusaha menerangi manusia dari kegelapan. Bagai sang Mentari, meski terkadang dikeluhkan karena sengatannya, namun senantiasa mengunjungi alam dan segenap makhluk dengan sinarannya. Seperti Bandung Bondowoso yang tak tanggung-tanggung membangunkan seluruh jin dari tidurnya dan menegakkan seribu candi untuk Lorojonggrang seorang. Sakuriang tak kalah dahsyatnya, diukirnya tanah menjadi sebuah telaga dengan perahu yang megah dalam semalam demi Dayang Sumbi terkasih yang ternyata ibu sendiri. Tajmahal yang indah di India, di setiap jengkal marmer bangunannya terpahat nama kekasih buah hati sang raja juga terbangun karena cinta. Bisa jadi, semua kisah besar dunia, berawal dari cinta.
Cinta adalah kaki-kaki yang melangkah membangun samudera kebaikan. Cinta adalah tangan-tangan yang merajut hamparan permadani kasih sayang. Cinta adalah hati yang selalu berharap dan mewujudkan dunia dan kehidupan yang lebih baik. Cinta selalu berkembang, ia seperti udara yang mengisi ruang kosong. Cinta juga seperti air yang mengalir ke dataran yang lebih rendah.
Tapi ada satu yang bisa kita sepakati bersama tentang cinta. Bahwa cinta, akan membawa sesuatu menjadi lebih baik, membawa kita untuk berbuat lebih sempurna. Mengajarkan pada kita betapa, besar kekuatan yang dihasilkannya. Cinta membuat dunia yang penat dan bising ini terasa indah, paling tidak bisa kita nikmati dengan cinta. Cinta mengajarkan pada kita, bagaimana caranya harus berlaku jujur dan berkorban, berjuang dan menerima, memberi dan mempertahankan.
Tentang Cinta itu sendiri, Rasulullah dalam sabdanya menegaskan bahwa tidak beriman seseorang sebelum Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada selain keduanya. Al Ghazali berkata: "Cinta adalah inti keberagamaan. Ia adalah awal dan juga akhir dari perjalanan kita. Kalaupun ada maqam yang harus dilewati seorang sufi sebelum cinta, maqam itu hanyalah pengantar ke arah cinta dan bila ada maqam-maqam sesudah cinta, maqam itu hanyalah akibat dari cinta saja."
Disatu sisi Allah Sang Pencinta sejati menegaskan, jika manusia-manusia tak lagi menginginkan cinta-Nya, kelak akan didatangkan-Nya suatu kaum yang Dia mencintainya dan mereka mencintai-Nya (QS. Al Maidah:54). Maka, berangkat dari rasa saling mencintai yang demikian itu, bandingkanlah cinta yang sudah kita berikan kepada Allah dengan cinta Dia kepada kita dan semua makhluk-Nya.
Wujud cinta-Nya hingga saat ini senantiasa tercurah kepada kita, Dia melayani seluruh keperluan kita seakan-akan Dia tidak mempunyai hamba selain kita, seakan-akan tidak ada lagi hamba yang diurus kecuali kita. Tuhan melayani kita seakan-akan kitalah satu-satunya hamba-Nya. Sementara kita menyembah-Nya seakan-akan ada tuhan selain Dia.
Apakah balasan yang kita berikan sebagai imbalan dari Cinta yang Dia berikan? Kita membantah Allah seakan-akan ada Tuhan lain yang kepada-Nya kita bisa melarikan diri. Sehingga kalau kita "dipecat" menjadi makhluk-Nya, kita bisa pindah kepada Tuhan yang lain.
Tahukah, jika saja Dia memperhitungkan cinta-Nya dengan cinta yang kita berikan untuk kemudian menjadi pertimbangan bagi-Nya akan siapa-siapa yang tetap bersama-Nya di surga kelak, tentu semua kita akan masuk neraka. Jika Dia membalas kita dengan balasan yang setimpal, celakalah kita. Bila Allah membalas amal kita dengan keadilan-Nya, kita semua akan celaka. Jadi, sekali lagi bandingkan cinta kita dengan cinta-Nya. Wallahu a'lam bishshowaab (Bayu Gautama. Thanks to Herry Nurdi akan artikel "Belajar Mencinta"nya)

Pemimpin Itu Bernama: Hati!

eramuslim - Jiwa adalah hati. Ia laksana matahari yang menerangi sekaligus merupakan hakikat kita yang terdalam. Sebab, jasad adalah permulaan dan ia akan rusak, sedangkan jiwa adalah akhir dan ialah yang pertama dan disebut hati (jantung). Tapi jantung yang dimaksud bukanlah sepotong daging yang ada di rongga dada sebelah kiri itu. Sebab, kalau itu, pada binatang dan mayat pun ada.
Saudaraku, segala sesuatu yang dapat kita lihat melalui mata lahir adalah termasuk alam. Alam yang dimaksud adalah alam syahadah (dunia yang bisa dilihat), sedangkan hakikat hati bukanlah dari alam syahadah ini, tapi dari alam ghaib. Di dunia ini dia asing dan "potongan daging" itu adalah sekedar kendaraannya. Adapun semua anggota badan merupakan bala-tentara atau prajurit-prajutitnya.
Dialah (hati) sang raja. Ma'rifatullah (pengenalan terhadap Allah) dan musyahadah (menyaksikan) keelokan hadhirat Ilahi merupakan ciri-cirinya. Taklif (beban keagamaan) dan khitab (firman), kepadanyalah ditujukan. Ialah yang mendapat hukuman dan pahala, kebahagiaan dan kesengsaraan.
Saudaraku, jika hati ini adalah pemimpin dari semua yang ada pada diri manusia. Maka kenalilah seluruh pasukan (prajurit) hati yang kerap mengiringi kemanapun hati berkehendak ini. Karena (dengan mengenali pasukan hati) itu adalah landasan utama mujahadah, sebab orang yang tidak mengenal pasukannya, tentu perjuangannya tidak sah.
Saudaraku, kita perlu mengenal dua macam pasukan hati. Pertama, pasukan lahir, yang berupa nafsu dan angkara murka, dimana tempatnya pada kedua tangan, kedua kaki, kedua mata, kedua telinga, mulut dan segenap anggota badan. Sedangkan pasukan yang kedua adalah pasukan bathin, tempatnya dibenak, berupa kekuatan khayali (imajinasi), daya pikir, daya ingat, daya hafal dan angan-angan.
Masing-masing kekuatan, dari kekuatan-kekuatan ini mempunyai fungsi tertentu. Bila salah satu dari kekuatan-kekuatan itu lemah, maka lemah pula keadaan manusia di dunia maupun di akhirat.
Dan saudaraku, hati lah yang menjadi komandan kedua pasukan itu. Bila ia memerintahkan lisan untuk berdzikir, maka lisanpun berdzikir, bila ia memerintahkan tangan untuk memukul, tangan pun memukul, dan bila ia memerintahkan kaki untuk melangkah, maka kaki pun melangkah. Demikian pula dengan panca indera. Dengan demikian, manusia dapat menjaga dirinya sendiri agar dapat menyimpan perbekalan bagi kehidupannya di akhirat.
Saudaraku, seluruh pasukan itu hakikatnya tunduk patuh kepada hati sebagaimana para malaikat tunduk patuh kepada Allah swt, tidak pernah menyalahi perintah-Nya. Maka saudaraku, jika kita telah benar-benar merawat dan menjaga selalu kebersihan hati ini, tentu ia akan gundah tatkala salah satu pasukannya berbuat ingkar. Resah pun menggelayut saat pasukan yang lain menyalahi perintahnya.
Saudaraku, hati akan merasa sakit begitu pasukan-pasukan hatinya, berdusta, menyimpang dari ketentuan Ilah, berbuat maksiat atau bahkan mengingkari hakikat kebenaran dan kepatuhan yang dicontohkan Malaikat dalam diri kita. Namun jika kita terus membiarkan keadaan ini berlangsung, tentu hati sang pemimpin ini tidak hanya akan sakit bahkan mati. Jika ia telah mati, maka nafsu dan angkara murka lah yang menguasai keseluruhan jasad dan raga manusia.
Oleh karena itu saudaraku, jangan biarkan pasukan-pasukan hati ini menyakiti pemimpin mereka. Bahkan, cegahlah mereka dari upaya membunuh hati ini dengan terus tanpa henti menyabut nama sang pencipta dan pemelihara hati. Dzikrullah, adalah salah satu pengobat dan pelindung hati dari angkara murka, nafsu dan amarah. Wallahu a'lam bishshowaab (Bayu Gautama, sumber: Manajemen Hati: Al Ghazali)