Jangan Pernah Mengeluh


"Berkali kita jatuh,
Berdiri jangan mengeluh.
Berkali kita gagal,
Ulangi lagi dan cari akal"
Baris baris pantun di atas saya pelajari belasan tahun lalu saat masih duduk di bangku SMP. Saya lupa pengarangnya, namun jika tak salah, pantun ini ditulis oleh penyair Sumatera Barat. Sampai saat ini, pantun itu terus terpatri di benak saya setiap menemui kegagalan dan jatuh dalam hidup. Intinya bagi saya adalah dalam hidup ini jangan pernah mengeluh dan teruslah berusaha. Namun, usaha tanpa berusaha memperbaiki cara fikir (akal) adalah sia-sia. Untuk itulah, kita harus terus mencari akal-akal baru sehingga peluang untuk berhasil menjadi lebih besar.
Mengeluh. Barangkali pekerjaan paling mudah di dunia ini adalah mencari kelemahan dari situasi yang dihadapi dan kemudian mengeluhkannya. Namun, apakah hanya dengan berkeluh kesah masalah yang dihadapi akan hilang? Sepertinya tidak. Malah, masalah baru akan datang dalam bentuk hilangnya rasa percaya diri dan pesimis.
Hidup ini, by nature, selalu penuh masalah. Mulai dari masalah sepele seperti ketinggalan bis, file penting terhapus, kehilangan uang, sampai masalah yang besar seperti ditinggal pergi orang yang dikasihi untuk selamanya atau dipecat dari pekerjaan.
Namun, selama kita masih bernafas, masalah tersebut seakan menjadi nihil begitu kita ingat bahwa ternyata semua itu 'bukan masalah'. Begitu ada masalah 'baru', kita selalu menganggap bahwa masalah 'lama' adalah 'bukan masalah', dan kadang berfikir kok bisa-bisanya kita pernah terkungkung oleh masalah 'lama' tersebut. Begitulah, dengan berjalannya hidup, masalah datang silih berganti. Rugi sekali jika alih-alih menikmati hidup kita malah terkungkung oleh masalah.
Belasan tahun kemudian, saya kembali menemukan puisi yang juga bernafaskan sama. Namun kali ini, ditulis di negeri Skandinavia.
"Fear less, hope more;
Whine less, breathe more;
Talk less, say more;
Hate less, love more;
And all good things are yours."

(Swedish Proverb)
Di timur dan di barat muka bumi ini, ternyata semangat optimis selalu ditanamkan. Jika demikian, kenapa juga kita selalu mengeluh?
Akhirnya, sebagai penutup, mari kita renungkan kalam Ilahi, sang Pencipta yang tahu akan kelemahan makhluk ciptaanNya:
"Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu [1586], Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap" (Surah Alam Nasyrah)
Kepada Allah-lah kita senantiasa berharap.
Edi Hamdi
Esbjerg, DK
(edi_hamdi@yahoo.dk