eramuslim - Air hujan turun membasahi bukit. Ia mengalir melintasi tebing dan cerukan sempit. Sesekali menabrak batu dan akar pohon yang menjuntai. Membawa bersama partikel hidrogen dan oksigen. Menyelisihi daun kering yang jatuh ke bumi sambil berbisik, “Ku kan membuatmu segar kembali setelah angin dan waktu membuatmu letih.” Ia terus mengalir dan mengalir hingga bertemu “kawan” lain. Membentuk aliran ke hilir hingga jadi sungai yang mengalir ke laut.
Dengan segala kerendahan diri untuk mengalir jatuh air telah menghidupkan bumi setelah kering. Membasuh dan membawa harapan baru untuk segenap mahluk. Si sumber kehidupan ini menyimpan kelembutan dan kekuatan sekaligus. Sang Pencipta Tertinggi telah memberinya kekuatan untuk bergerak menerobos celah sempit, meluncur jatuh, membentuk aliran sungai, atau tetap diam diatas bumi dan menjadi danau.
Dengan hanya tetesan, ia mampu melubangi batu dan memecahnya. Meski memakan waktu sekian jam atau bahkan hari. Tapi sekeras apapun batu ia tetap bisa melakukannya. Bermula dari setetes saja. Terus menerus. Setetes demi setetes. Hingga batu berlubang, retak dan terbelah. Saat tetesan berhenti, batu tak lagi tertandai.
Sesosok mahluk lain di belahan bumi yang berbeda telah berusaha untuk membuat sesuatu yang berguna. Ia berusaha untuk menyimpan listrik dan mengalirkannya menjadi cahaya. Edison telah berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu mencoba membuat impiannya terwujud. Untuk berhasil menyalakan sebuah bolam, ia telah menghabiskan lebih dari seribu empat ratus bolam. Ke semua bohlam itu pecah saat tak mampu menahan panas aliran listrik. Hingga akhirnya sebuah bolam berhasil menyala. Menyala dan hampir tak pernah lagi padam hingga saat ini. Dan pemadaman lampu resmi pertama dilakukan di seluruh kota pada hari ia meninggal untuk menghargai kerja kerasnya itu.
Tetesan air yang membelah batu ataupun usaha Edison membuat bola lampu adalah cerminan pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh. Andai mereka berhenti bergerak dan diam, tak ada yang berubah. Takkan ada yang dihasilkan. Batu takkan pecah saat tetesan berhenti sebelum waktunya. Atau tak ada lampu penerang saat hari gelap. Tetapi kedua mahluk berbeda ini terus bekerja. Terus bekerja hingga aliran sungai muncul, membasahi bumi, mengairi sawah dan menjadi sumber minum bagi mahluk Allah yang lain. Terus bekerja hingga ada cahaya saat gelap dan penerang bagi kehidupan seluruh manusia hingga hari ini. Seluruhnya bukanlah pekerjaan setengah hati. Memulai pekerjaan yang baru tidak mudah. Butuh keberanian dan semangat tinggi. Tapi itu bukanlah yang tersulit. Yang paling sulit adalah menyelesaikan apa yang telah dimulai itu dengan kebaikan. Karena lebih banyak pengorbanan dan kegigihan yang diberikan. Dan kesungguhan hati yang berbicara pada akhirnya.
Janganlah khawatir untuk mengakhiri segala pekerjaan dengan kebaikan, karena sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. Dan ternyata banyak hal yang berguna dengan bekerja sepenuh hati.
Yupik Astuti
najwasaja@yahoo.com
(untuk para sahabat di bumi Allah Gnpati :)) dan seseorang di kota hujan)