Jangan Jadikan Otak Kita menjadi “Tong Sampah” Ilmu Pengetahuan dan Informasi

Seandainya saja setiap dosen dan orang-orang yang mengaku cerdas dan profesional rajin menulis ilmu pengetahuan dan ide besar mereka di internet (web/blog) serta diikuti mahasiswa yang rajin menulis dan mempublikasikan tugas-tugas perkuliahan mereka di internet, saya teramat sangat yakin tidak akan ada lagi kisah-kisah mahasiswa diberbagai daerah yang kesulitan mencari referensi terkait bidang keilmuwan mereka. Bahkan bukan hanya mereka saja yang bisa menikmatinya tapi seluruh orang dibelahan dunia memiliki kesempatan yang sama untuk bisa mendapatkan ilmu pengetahuan dari internet.
Namun menyadarkan pola pikir dan kebiasaan tersebut memanglah teramat sangat sulit. Tapi membiarkan kebiasaan buruk ini untuk terus berlanjut juga merupakan sesuatu yang jauh lebih buruk lagi. Saat ini, hampir semua orang mempublikasikan pemikiran dan ide-ide besar mereka diberbagai bidang melalui dunia maya (internet) hal ini karena mereka sadar bahwa kemajuan teknologi informasi bernama internet ini mau tidak mau sudah menjadi bagian dari aktivitas kita sehari-hari. Terlebih saat ini ketika semua informasi sudah bisa diakses dengan mudah melalui mobile (Handphone) menyebabkan penyebaran akses informasi menjadi semakin cepat dan luas hingga mencapai kepelosok negeri bahkan ke pelosok desa terpencil. Saat kita sadar akan adanya situasi yang tersebut diatas, apakah kita akan mempertahankan pola pikir “KUNO” kita untuk TIDAK MAU BERBAGI INFORMASI DAN PENGETAHUAN YANG KITA MILIKI MELALUI INTERNET DENGAN BERJUTA ALASAN ? Jika jawaban kita atas pertanyaan diatas adalah IYA. Maka saya sarankan silahkan anda hidup dan berinteraksi di jaman saat internet belum ada.Sadarkah kita bahwa ilmu pengetahuan yang hanya kita simpan dalam otak kita ibarat “sampah ilmu pengetahuan” dan otak kita adalah “tong sampah” dari ilmu pengetahuan tersebut. Beberapa alasan “kuno” kenapa orang malas untuk menuliskan ide dan ilmu pengetahuan mereka di internet diantaranya adalah:
1. Plagiat
Beberapa orang takut tulisan mereka diklaim menjadi tulisan orang lain. Sebenarnya alasan semacam ini sudah “sangat tidak bermutu” kenapa saya berani katakan demikian ? Karena jika kita melihat dan merujuk undang-undang halk cipta dalam satu bab disebutkan bahwa setiap karya tulis seseorang ketika di publish di internet sudah dilindungi hak cipta ats tulisan tersebut. Apalagi di era keterbukaan dan canggih ini, kita dengan sangat mudah melacak tulisan-tulisan kita yang beredar di internet. Jika ada orang yang mengklaim tulisan tersebut adalah tulisan mereka, maka kita bisa melaporkan si plagiator tersebut melalui jalur hukum.
2. Tidak DIBAYAR
Sebenarnya saya pribadi “teramat sangat tidak suka” dengan masih adanya orang-orang yang berfikir seperti ini, ya, mereka malas menulis karena TIDAK DIBAYAR. Sebuah alasan yang menurut saya sudah harus hilang di era keterbukaan seperti sekarang ini. Saya sangat yakin mereka-mereka yang berfikiran seperti ini justru biasanya ada pada kalangan orang-orang yang mengklaim diri mereka adalah ORANG YANG CERDAS, PROFESIONAL, AHLI, dan julukan-julukan besar yang lain sehingga menganggap dan menilai bahwa setiap kata yang tertulis dari mereka HARUS MENGHASILKAN RUPIAH (TIDAK BOLEH GRATIS ! ). Saat ini sebenarnya para BLOGER sudah memberi SOLUSI CERDAS untuk masalah ini. Seorang bloger hampir setiap hari menulis dan berbagi ilmu pengetahuan mereka di web atau blog mereka masing-masing. Tulisan dan ilmu para bloger ini di “Obral” gratis melalui internet. Kemudian karena tulisan dan ilmu pengetahuan yang mereka tulis memang sangat bermanfaat untuk orang banyak, maka blog mereka banyak dikunjungi orang disetiap harinya. Merasa blog mereka banyak dikunjungi orang, maka si Bloger kemudian memasang jasa IKLAN di blog mereka. Akhirnya dari sana banyak Advertiser yang tertarik memasang iklan di web/blog para bloger tersebut. Bukan hanya advertiser lokal tapi juga advertiser diseluruh belahan dunia. Dengan cara itulah para bloger berbagi ilmu pengetahuan mereka dengan Gratis tapi tetap memiliki penghasilan yang jumlahnya juga sangat besar. Hal ini bisa terjadi ketika tulisan-tulisan yang kita tulis memang memberi manfaat banyak orang dan berkwalitas sehingga advertiser merasa tidak rugi menitipkan iklan di web/blog tersebut.
3. Takut Ketahuan Jika Karya Tulisan Mereka Ternyata HASIL PLAGIAT
Alasan yang terakhir ini saya temukan langsung dari beberapa teman saya yang selama kuliah ternyata dalam mengerjakan tugas mereka hanya hasil dari “copy paste” sehingga mereka malu mempublikasikan tulisan mereka di internet karena pasti akan ketahuan kalau tugas dia selama kuliah ternyata hasil dari copy paste. Tapi yang saya takutkan lagi sebenarnya adalah ketika alasan mahasiswa ini juga ternyata menjadi ALASAN PARA DOSEN YANG MALAS MENULIS DI INTERNET ?. Sangat mungkin memang, ketika dosen tidak berani menuliskan pemikiran dan ilmu pengetahuan mereka di internet karena mereka takut sebagai seorang dosen ternyata dalam memberikan materi perkuliahan mereka, ternyata materi perkuliahan yang dia berikan ke mahasiswa adalah hasil COPY PASTE. Hal ini bisa dilihat kemungkinanya dengan melihat sangat jarangnya sekali seorang dosen saat memberikan materi perkuliahan dia mencantumkan sumber-sumber atau referensi dari materi perkuliahan yang mereka berikan kepada mahasiswa. Saya sangat yakin mungkin masih banyak lagi berjuta alasan untuk menyebutkan kenapa orang tidak mau atau malas menulis dan berbagi ilmu pengetahuan mereka melalui Internet. Tapi saya tidak mungkin memasukan semua alasan tersebut apalagi jika alasanya hanyalah MALAS dan SIBUK. Melalui tulisan ini sebagai admin saya mengajak kepada semua mahasiswa, dosen ilmu perpustakaan dan semua pejuang-pejuang literasi informasi di seluruh Indonesia untuk mulai detik ini untuk mencoba rajin menulis dan mempublikasikan tulisan anda di internet sehingga ilmu pengetahuan dan ide-ide serta pemikiran luar biasa anda bisa dibaca dan diketahui oleh orang banyak sehingga pembaca-pembaca tulisan anda akan mengingat anda sebagai orang yang cerdas dan berilmu serta memberi banyak manfaat untuk orang banyak walau hanya melalui tulisan. Untuk menulis di blog, anda bisa melalui banyak pilihan seperti Blogspot, Blogdetik, Wordpress, dan masih banyak sekali media yang lain. Dunia Perpustakaan juga menyediakan ruang untuk anda yang ingin menjadi kontributor dan menulis di web/blog ini dengan cara dan petunjuk DISINI. Terakhir saya hanya ingin mengatakan bahwa:
TIDAK AKAN PERNAH RUGI BERBAGI ILMU PENGETAHUAN KE BANYAK ORANG, KECUALI BERJUTA MANFAAT DIDALAMNYA. Dengan semakin banyak orang berbagi Ilmu pengetahuan, maka yakinlah bahwa kemajuan ilmu pengetahuan akan semakin cepat dan murah. Dan sebaliknya, semakin kita “PELIT” untuk berbagi ilmu pengetahuan dan teknologi maka sesungguhnya kita menjadi bagian dari orang-orang yang MENUNDA bahkan MENGHAMBAT Percepatan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri.
Ari Suseno: Pendiri dan pengelola duniaperpustakaan.com

Kisah Karpet

Sebuah kisah nyata...

Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki. Urusan belanja,
cucian, makan, kebersihan & kerapihan rumah dapat ditanganinya dengan baik.
Rumah tampak selalu rapih, bersih & teratur dan suami serta anak-anaknya sangat
menghargai pengabdiannya itu.

Cuma ada satu masalah, ibu yang pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet di
rumahnya kotor. Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat
jejak sepatu di atas karpet, dan suasana tidak enak akan berlangsung seharian.
Padahal, dengan 4 anak laki-laki di rumah, hal ini mudah sekali terjadi dan
menyiksanya.

Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog bernama Virginia
Satir, dan menceritakan masalahnya.

Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian, Virginia Satir
tersenyum & berkata kepada sang ibu:

"Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan"

Ibu itu kemudian menutup matanya.

"Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak
ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?"
Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah, mukanya yang murung berubah
cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya.

Virginia Satir melanjutkan; "Itu artinya tidak ada seorangpun di rumah ibu. Tak
ada suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria
mereka.”

“Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi".

Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung menghilang, nafasnya
mengandung isak. Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas membayangkan
apa yang tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya.

"Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu melihat jejak sepatu & kotoran di sana,
artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada
bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu".

Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tsb.

"Sekarang bukalah mata ibu" Ibu itu membuka matanya

"Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi masalah buat ibu?"

Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Aku tahu maksud anda" ujar sang ibu, "Jika kita melihat dengan sudut yang
tepat, maka hal yang tampak negatif dapat dilihat secara positif".

Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang kotor,
karena setiap melihat jejak sepatu disana, ia tahu, keluarga yang dikasihinya
ada di rumah.

Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir adalah seorang psikolog
terkenal yang mengilhami Richard Binder & John Adler  untuk menciptakan NLP
(Neurolinguistic Programming) . Dan teknik yang dipakainya di atas disebut
Reframing, yaitu bagaimana kita 'membingkai ulang' sudut
pandang kita sehingga sesuatu yang tadinya negatif dapat menjadi positif,

salah satu caranya dengan mengubah sudut pandangnya.

Terlampir beberapa contoh pengubahan sudut pandang :

Saya BERSYUKUR;

1. Untuk istri yang mengatakan malam ini kita hanya makan mie instan,
karena itu
artinya ia bersamaku bukan dengan orang lain

2. Untuk suami yang hanya duduk malas di sofa menonton TV,
karena itu
artinya ia berada di rumah dan bukan di bar, kafe, atau di tempat mesum.

3. Untuk anak-anak yang ribut mengeluh tentang banyak hal,
karena itu
artinya mereka di rumah dan tidak jadi anak jalanan

4. Untuk Tagihan kartu kredit yang cukup besar,
karena itu
artinya saya harus bekerja untuk bayar cicilan

5. Untuk sampah dan kotoran bekas pesta yang harus saya bersihkan,
karena itu
artinya keluarga kami dikelilingi banyak teman

6. Untuk pakaian yang mulai kesempitan,
karena itu
artinya saya cukup makan

7. Untuk rasa lelah, capai dan penat di penghujung hari,
karena itu
artinya saya masih mampu bekerja keras

8. Untuk semua kritik yang saya dengar tentang pemerintah,
karena itu
artinya masih ada kebebasan berpendapat

9. Untuk bunyi alarm keras jam 5 pagi yg membangunkan saya,
karena itu
artinya saya masih bisa terbangun, masih hidup

10. Untuk dst...
________________________________________________________________________________
Salam,
~Vie
http://virgina.multiply.com