Kepada-Nya Kita Kembali


eramuslim - Sahabat, Kita pernah bersimpuh dihadapan-Nya, menyusun sujud pada debu-Nya yang gelap. Kita sulam kata pinta, kita rangkai kalimat doa, memohon agar dalam hidup ini kita diberikan segalanya yang terbaik, agar Ia tunjuki kita jalan yang lurus, istiqomah di tengah fitnah, sabar di tengah makar, ikhlas menghadapi hidup yang keras. Kemudian air mata kitapun mengalir membasahi malam, sunyi, sepi…
Sahabat, Betapa indah saat-saat kita menengadah, betapa syahdu detik-detik kita mengadu. Naman sayangnya, biasanya semua itu kita lakukan bila kita dalam keadaan susah saja atau bila bencana menimpa saja. Bila berlalu sedih dan duka, lepas bencana dan siksa, kitapun kembali kepada tabiat kita semula, lalai bahkan lupa pada Rabb yang jiwa kita ada dalam genggaman-Nya.
Sahabat, Beberapa waktu yang lalu aku habis kembali dari takziah, ayah temanku meninggal dunia karena sebuah kecelakaan. Ia seorang dokter, kerjanya sehari-hari adalah memberikan proteksi medis kepada manusia, minimal memberikan saran preventif terhadap berbagai macam penyakit penyebab kematian. Namun akhirnya protektor itupun tak mampu memproteksi dirinya atas suatu yang pasti akan terjadi pada diri setiap jiwa. Ia akan menyambar siapa saja, raja dunia atau makhluk papa, nenek atau kakek tua bahkan ia tidak segan-segan menyambar bayi ingusan yang baru saja mengenal dunia.
Sahabat, Kehidupan yang kita lalui ini, sangatlah tidak berarti, masihkah kita tak mengerti, ada kehidupan setelah ini! Bila wajah pucat kaku itu adalah wajah kita, bila tubuh lemah yang terbujur itu adalah tubuh kita, bila tangis itu adalah tangis melepas kita, apa yang dapat kita lakukan? kepada siapa kita kembali kalau bukan kepada Rabb yang jiwa kita ada dalam genggaman-Nya.
Sahabat, Kini, masihkah kita pantas menengadahkan tangan, setelah sekian banyak mungkir kita lakukan, setelah seribu dusta kita ucapkan. Masihkah kita berani mengangkat wajah yang kelam ini di hadapan-Nya setalah olok-olok ayat-Nya kita pertontonkan, begitu silih berganti. Namun Allah dengan limpahan Rahman dan Rahimnya tidak pernah bosan menerima diri hina kita yang penuh dusta…
Sahabat, Kemana kaki lemah ini hendak melangkah, kemana jiwa yang resah ini kita papah, kemana hati yang sombong ini kita gotong, kemana dosa-dosa ini kita bawa, kemana lagi kita bawa sahabat, jika Rabb telah murka. Kepada penguasa duniakah kita mengadu, atau kita kembali lagi kepada-Nya. Mengeja lagi sebait doa yang mungkin lidah kita sudah kelu mengulangnya, mari kita coba lagi melantunkannya, mudah-mudahan Rabbi berkenan menerima pengampunan kita.
Sahabat, Kembalilah pada-Nya, kepada Rabbi yang telah memberi kita rezeki. Sebelum kita benar-benar mengakhiri dunia ini. Titipkanlah kerinduan pada malam, sampaikan padanya jangan pernah merenggang, agar senantiasa bisa kita menikmati sepertiga malam, untuk sampaikan pesan agar hidup kita berlimpah iman.
Sahabat, Tiada guna penyesalan, masih ada waktu, mari kita sama-sama perbaiki diri, benahi hati, sucikan jiwa. Tuailah ibrah dalam setiap kejadiaan. Mari melangkah kedepan, kita sambut hari esok penuh ceria, lukislah prestasi, gapai kemajuan, detik ini, besok ataupun nanti, hari-hari kita harus penuh prestasi. Kelak nanti akan kita temui kehidupan yang indah, diridhoi, diberkahi, tidak saja di dunia tapi juga di akhirat nanti.
Sahabat, Cukuplah Allah saja dalam hidup kita, apapun yang kita lakukan hanya untuk mengharapkan ridhonya. Kita bersegera melakukan apa yang diperintahkan-Nya, kita jauhi seluruh larangan-Nya. Sehingga apapun yang Allah timpakan kepada kita, kita akan mengatakan “sami’na wa ata’ na” (yelsandra@yahoo.com)

0 komentar:

Posting Komentar