Jangan Pernah Berhenti Berdoa
eramuslim - Orang bijak mengatakan, doa tanpa usaha adalah bohong dan usaha tanpa doa adalah sombong. Doa dan usaha adalah dua aktifitas yang tidak bisa dipisahkan. Kita tidak bisa hanya berdoa saja tanpa melakukan usaha semaksimal mungkin untuk mengapai tujuan kita. Kita juga tidak bisa hanya berusaha saja, tanpa berdoa dan mengabaikan Allah sebagai penentu berhasil atau tidaknya tujuan kita.
Doa adalah permohonan, pengharapan seorang hamba kepada Sang Khaliq. Doa itu intinya adalah ibadah, doa adalah senjata, doa adalah obat, doa adalah pintu segala kebaikan. Seluruh hamba sangat bergantung kepada penciptanya. Setiap hamba memang harus berdoa, sebab kita diciptakan dalam keadaan penuh dengan keterbatasan-keterbatasan. Manusia memang ditakdirkan sebagai makhluk yang paling sempurna dengan segala kelebihan-kelebihannya, namun dibalik kelebihan itu manusia juga memiliki segudang kelemahan.
Bayangkan jika kita sedang berada ditengah lautan. Tiba-tiba kapal yang kita tumpangi oleng ke kanan dan ke kiri karena badai yang tiba-tiba saja datang menghantam. Nahkoda memberi peringatan tanda bahaya. Tidak ada tempat kita meminta bantuan karena seluruh alat komunikasi terputus. Apakah yang akan kita lakukan pada saat itu? Masih pentingkah gelar, kedudukan, pangkat, jabatan, harta kekayaan yang melimpah, serta kecantikan? Tentu tidak, bagi kita keselamatan menjadi puncak harapan. Namun siapakah yang dapat memberikan keselamatan kala itu, kalau bukan kepada Allah SWT kita meminta?
Dibalik kelebihan-kelebihan yang kita miliki, kita menyimpan kelemahan-kelemahan yang tidak dapat kita tutupi, untuk itu kita perlu meminta kepada Allah SWT, berdoa dengan penuh kekhusuan, penuh harapan, tulus, pasrah dan ikhlas, seperti yang difirmankan Allah, "Hai manusia, kamulah yang memerlukan Allah, dan Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) Yang Maha Terpuji." (QS Faathir: 15).
Ada sebuah kisah tentang masyarakat Basrah yang waktu itu sedang dilanda kemelut sosial. Kebetulan mereka kedatangan ulama besar yang bernama Ibrahim bin Adham. Masyarakat Basrah pun mengadukan nasibnya kepada Ibrahim bin Adham, "Wahai Abu Ishak (panggilan Ibrahim bin Adham), Allah berfirman dalam Al-Quran agar kami berdoa. Kami warga Basrah sudah bertahun-tahun berdoa, tetapi kenapa doa kami tidak dikabulkan Allah?"
Ibrahim bin Adham menjawab, "Wahai penduduk Basrah, karena hati kalian telah mati dalam sepuluh perkara. Bagaimana mungkin doa kalian akan dikabulkan Allah! Kalian mengakui kekuasaan Allah, tetapi kalian tidak memenuhi hak-hak-Nya. Setipa hari kalian membaca Al-Quran, tetapi kalian tidak mengamalkan isinya. Kalian selalu mengaku cinta kepada rasul, tetapi kalian meninggaklan pola prilaku sunnah-sunnahnya. Setiap hari kalian membaca ta’awudz, berlindung kepada Allah dari setan yang kalian sebut sebagai musuhmu, tetapi setiap hari pula kalian memberi makan setan dan mengikuti langkahnya. Kalian selalu mengatakan ingin masuk syurga, tetapi perbuatan kalian justru bertentangan dengan keinginan itu. Katanya kalian takut masuk neraka, tetapi kalian justru mencampakkan dirimu sendiri kedalamnya. Kalian mengakui bahwa maut adalah keniscayaan, tetapi nyatanya kalian tidak mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Kalian sibuk mencari-cari kesalahan orang lain, tetapi terhadap kesalahan sendiri kalian tidak mampu melihatnya. Setiap saat kalian menikmati karunia Allah, tetapi kalian lupa mensyukurinya. Kalian sering menguburkan jenazah saudaramu, tetapi kalian tidak bisa mengambil pelajaran dari peristiwa itu."
Terakhir ia mengatakan, "Wahai penduduk Basrah, ingatlah sabda nabi, "Berdoalah kepada Allah, tetapi kalian harus yakin akan dikabulkan. Hanya saja kalian harus tahu bahwa Allah tidak berkenan mengabulkan doa dari hati yang lalai dan main-main."
Apapun persoalan hidup kita, apakah kita sedang bahagia atau sedih, tetaplah berdoa kepada Allah. Jangan pernah berhenti memanjatkan doa kepada Allah, karena doa adalah masa depan kita. Doa adalah kekuatan kita, doa adalah senjata kita. Perhatikan ada-adab berdoa, dan bersabarlah menunggu dikabulkan-Nya (elsandra/el-sandra@lycos.com)
Bunga-Bunga Kehidupan
Diposting oleh
Ritz Sidney
on Kamis, 25 Juli 2002
/
Comments: (0)
eramuslim - Salah satu keindahan yang Allah ciptakan untuk dapat dinikmati manusia adalah bertebarannya bunga-bunga cantik nan menyejukkan dengan aroma dan warna-warni yang tak membosankan. Apabila musim semi tiba, perlahan kelopak-kelopak bunga merekah seraya menyemai kecerahan hari. Kuning yang menghangatkan, kesejukkan yang ditawarkan dari warna putih, merah yang menyala-nyala membangkitkan gairah hidup, semua warna, semua aromanya mewarnai hidup menambah semerbak alam tempat berpijak.
Tidak hanya bunga-bunga yang demikian yang memang diperuntukkan untuk manusia (juga kumbang sang penikmat bunga tentunya), namun ada banyak bunga yang juga hadir menyemangati hidup, mengiringi langkah ini dan menjadikan hari-hari yang kita lewati begitu indah dan menyenangkan. Dari sekian melati yang bertebaran di bumi ini, ada satu yang terindah yang telah kita petik untuk ditanam di taman hati. Dipupuk dengan segenap cinta tanpa akhir, disirami oleh kasih sayang yang takkan habis dan dipelihara dengan segala bentuk pengorbanan yang tak kenal lelah, maka ia pun senantiasa menjadi bunga yang menyenangkan hanya dengan memandangnya, membasuh peluh, menghapus lelah ketika disentuh dan menyegarkan seluruh rongga dada ketika mengecupnya sehingga tercipta kedamaian dan ketenangan. Ya, istri atau suami yang sekarang menjadi pasangan jiwa kita adalah bunga kehidupan.
Dari melati yang telah dipetik itu, mungkin kan datang Lily, Tulips, Mawar atau bunga-bunga lain yang semakin meramaikan taman hati ini dengan aroma khas dan warna yang membuat hidup terasa lebih indah. Keceriaan yang dihadirkan anak-anak selaku bunga-bunga kecil mampu menghiasharumi hati. Mereka, bunga-bunga kecil yang dengan keindahannya membuat kita selalu tersenyum, menjadi pelepas dahaga kedamaian dan pengobat rindu akan kehangatan. Dengan curahan kasih sayang yang tiada henti, sentuhan pendidikan yang tidak memenjarakan kebebasan berpikir dan memasung kreativitasnya, semoga tetap menjadikan mereka bunga-bunga yang dapat dibanggakan, bukan malah menjadi bunga-bunga liar yang berserakan di trotoar dan pinggir jalan. Dengan menghiasi hati mereka akan keagungan nama penciptanya, dan kemuliaan nama Rasulnya, akan menjadikan mereka bunga-bunga yang tak pernah kusut, layu atau bahkan hancur oleh terjangan angin, panas, hujan ataupun buasnya unggas.
Ketika beranjak keluar melewati pagar, kita akan menemukan bunga-bunga lain yang tak kalah indahnya, mereka tersenyum dan menyapa dengan hangatnya. Seperti kita yang juga menjadi bunga kehidupan bagi mereka, bunga-bunga diluar pagar itupun hadir memberikan makna kebersamaan dan saling mencintai, memberi juga mengasihi sebagai saudara karena Allah. Jagalah kedekatan, binalah kebersamaan dengan bunga-bunga itu, karena mereka jugalah yang mungkin akan membantu, menolong dan meringankan beban berat ataupun terpaan badai kehidupan.
Sebanyak apapun bunga yang kita miliki, jangan juga melupakan bunga-bunga yang telah melahirkan dan membesarkan kita menjadi bunga saat ini. Mungkin bunga-bunga itu sudah mulai layu, atau tangkainya sudah terkulai lemah. Jangan biarkan mereka semakin layu, sirami dengan air cinta meski yang kita miliki tak sebanding dengan air cinta yang pernah mereka curahkan. Jadilah kaki penyangga tangkainya agar kita tetap bisa melihatnya berdiri, segar dan melangkah berdampingan hingga Sang pencipta segala bunga menentukan kehendaknya.
Namun ada satu bunga, yang bersemayam paling dalam di lubuk hati ini, yang tak boleh kita biarkan tak tersirami oleh air yang tercipta dari rangkaian indah nama-nama Sang Pencipta segala bunga, dari berdiri, duduk dan sujud yang kita tegakkan, dari senandung-senandung yang menyuarakan ayat-ayat-Nya dan dari rasa berserahdiri akan segala kehendak dan ketentuan-Nya. Ialah bunga kehidupan utama yang tanpanya takkan berarti, takkan terasa indah, takkan menyejukkan aroma bunga lainnya, seindah dan seharum apapun bunga-bunga yang lain itu. Hingga jika bunga utama itu kuat, ia pun akan menguatkan diri ini sehingga teramat tegar menepis duri-duri kemaksiatan yang menyakitkan, atau unggas-unggas kejahatan agar menjauh dari taman hati ini. Dengan keindahan dan kedamaian yang kita tawarkan selaku bunga, kita dapat memperbanyak bunga-bunga baru untuk hadir dan bersama-sama saling menjadi bunga kehidupan di taman hati masing-masing. Wallahu ‘a’lam bishshowaab (Abi Iqna, teruntuk bunga-bunga di taman hatiku)
Selamat Datang Pagi
Diposting oleh
Ritz Sidney
on Selasa, 23 Juli 2002
/
Comments: (0)
eramuslim - Entah sudah berapa ratus syair tergubah yang terinspirasi oleh indahnya pagi, dari Cat Stevens sampai si imut Tasya pun bersenandung pagi. Juga, mungkin sudah jutaan kata terangkai menjadi puisi-puisi indah tentang pagi, satu bentuk Kemahasempurnaan hasil kreasi Allah dari jumlah yang tak terhingga kemahasempurnaan lainnya yang semuanya diperuntukkan bagi hamba-Nya tanpa mengharap imbalan apapun. Bahkan jika hamba-hamba itu bersyukur dan memuji, pastilah Dia akan menambahkan nikmat-nikmat itu. Maha Suci Allah atas nikmat pagi dengan segala keajaibannya.
Dengarlah kicau burung-burung bernyanyi, setelah sebelumnya unggas lainnya berlomba saling bersahut memecahkan keheningan fajar. Titik-titik embun di dahan berjatuhan membasahi tanah seiring bergulirnya sang mentari menatap bumi, memberi isyarat kepada manusia untuk segera memulai hari yang teramat cerah. Maka, siapapun yang tetap terlena berselimut tebal, pastilah dia orang-orang yang merugi bahkan kesuksesan pun makin menjauh.
Selamat Datang Pagi, sebaiknya cukup dalam hati saja mengucapkannya. Patutlah kita mensyukuri nikmat Allah yang satu ini, karena pagi begitu memberikan harapan bagi segenap makhluk, termasuk bagi manusia yang bercita-cita meraih sukses dan kemenangan, semuanya bermula di pagi hari. Jika saja, ayam-ayam jantan sudah menyambut awal kemenangannya dengan lantang di waktu fajar, sementara sang betina dengan sabar menggiring anak-anak mereka mencari makan. Burung-burung hilir mudik terbang kesana kemari mengitari alam, kicaunya yang tak henti mengiringi kepakan sayap mereka mencari dahan-dahan tempat berpijak untuk kemudian terbang kembali ke sangkar mereka dengan setumpuk makanan di paruhnya untuk diberikan kepada anak-anak mereka. Binatang-binatang melata ditanah pun menggeliat, mereka teramat tahu bahwa tanpa geliat itu mereka takkan mendapatkan rizki untuk bisa bertahan hidup. Sungguh, masih adakah manusia yang tetap bermalas dengan badan lurus terlentang merapat di ranjang hangat? Tentu mereka orang-orang yang jauh dari rizki dan kesuksesan.
Selain itu, datangnya pagi hari ini juga wajib kita syukuri karena belum tentu esok kita kan menikmati keindahannya, atau bahkan mungkin esok mentari terbit dari arah yang berlawanan dari arah yang biasanya. Itu berarti, bisa jadi ini adalah pagi terakhir yang dapat kita rasa, dan sentuhan hangat mentari pagi ini juga yang terakhir bagi kita. Oleh karena itu, bangkitlah segera dan mulailah hari ini dengan penuh semangat karena mungkin saja semangat kita tak berguna lagi di esok hari. Raihlah prestasi sebaik-baiknya hari ini, baik prestasi dunia maupun prestasi sebagai bekal di akhirat, karena boleh jadi kecemerlangan amal dan prestasi hari ini yang tercatat sebagai amal yang menyelematkan kita dari azab-Nya.
Jika memang ini pagi terakhir, tentu bukan menjadi alasan untuk menghabiskan hari dengan berpangku tangan tanpa berbuat satu apapun. Bekerjalah seolah akan hidup selamanya dan beribadahlah seakan esok ajal kan datang, satu nasihat yang bagus untuk didengarkan. Ada keseimbangan yang patut dipertahankan dalam hidup ini, meski waktunya pun tinggal sehari. Rasulullah pernah menegur salah seorang dari pengikutnya yang selalu berada di masjid sepanjang hari, dan menyuruhnya untuk keluar bekerja mencari nafkah.
Mencari rizki maupun mencari ilmu terus menerus tanpa kenal patah semangat untuk memacu prestasi, dan pada saat-saat yang sudah ditentukan kita duduk bersimpuh, merapatkan kening diatas bentangan sajadah, mengadu dan memohon dikuatkan hati dalam menggapai segala harapan. Kemudian bersegera kembali meneruskan pekerjaan sambil tak hentinya hati dan bibir ini menyebut nama Allah sebagai sumber kekuatan. Hingga senja pun hadir, semburat cahaya kemerahan yang terlukis di langit menghantarkan kita merenda lelah. Dan malam pun tiba menawarkan kesejukannya seiring terpejamnya mata, mengumpulkan tenaga untuk kembali menyambut pagi yang senantiasa menjanjikan harapan. Wallahu ‘a’lam bishshowaab (Abi Iqna)
Terima Kasih, Allah
eramuslim - Pagi ini sinar mentari menembus celah-celah jendela rumah dan kamar menghangatkan tubuh yang semalaman dibalut kesejukkan malam. Sementara nyanyian burung-burung terdengar merdu mengiringi bergulirnya titik-titik embun diatas dedaunan. Warna-warni bunga yang cerah pun seperti menyapa menyambut hari. Indahnya alam, berserinya tempat berpijak dan begitu mengagumkannya perhiasan hidup ini, hanya satu kata terucap, terima kasih Allah.
Ketika sejuknya air membasuh tubuh di waktu pagi, hembusan angin menerpa saat tapak-tapak ini menyusuri jalan memulai semua aktifitas. Hingga saat sore menghadirkan senjanya yang mempesonakan. Semua yang diberikan alam ini, segala yang hadir untuk kita nikmati sepuas-puasnya, hanya satu kata terucap, terima kasih Allah.
Dia menghadiahi makhluk dengan berbagai kenikmatan, udara segar yang takkan pernah habis dihirup, air yang mengalir tanpa hentinya memuaskan dahaga dan segala kebutuhan kita akannya, buah-buahan yang menyegarkan, sayur dan bahan makanan yang masih bisa kita nikmati pagi, siang dan malam hari. Berbagai aroma yang masih mungkin kita rasai kelezatannya. Untuk jumlah tak terhingga atas kenikmatan yang telah dan akan diterima, hanya satu kata terucap, terima kasih Allah.
Rumah dan pekarangan yang memberikan keamanan dan kenyamanan, rekreasi dan kesenangan yang masih sempat kita lakukan. Istri sholehah yang memberikan kedamaian atau suami yang mampu membimbing dan memberikan teladan, kehangatan yang senantiasa menyeruak oleh hadirnya anak-anak dan cucu yang manis-manis lagi membanggakan. Atas semua keceriaan hidup ini, hanya satu kata terucap, terima kasih Allah.
Ada saat-saat manusia merasai kehilangan nikmat kesehatan, disitulah terasa begitu mahalnya sebuah nikmat sehat. Saat masih tersisa satu kesempatan bagi kita sementara sekian banyak orang menyia-nyiakan kesempatannya dan waktu lapangnya terbuang sia-sia, juga ada masa-masa dimana Allah masih melimpahkan kekayaan dan rizki yang cukup dan kita mampu memanfaatkan sebaik-baiknya sebelum masa-masa sulit datang menggantikan masa kaya. Waktu muda dengan segala kekuatan, kelebihan kemampuan, keelokan paras penampilan tak memperdayakan kita hingga datangnya waktu-waktu dimana Allah menghilangkan satu-persatunya dari kita, dan hingga detik ini masih ada kesempatan bagi kita melihat dunia sebelum ajal menjemput, hanya satu kata terucap, terima kasih Allah.
Kemudian Dia pun terus mengalirkan kasih sayang-Nya kepada segenap makhluk tanpa pilih kasih, membuka selalu tangan-Nya untuk setiap taubat hamba yang khilaf, menyediakan tempat-Nya untuk hamba-hamba-Nya yang ingin selalu merapat dan mendekatkan diri, mendengar, menampung semua keluh-kesah dan mengabulkan pinta orang-orang yang meminta, menguji dengan kesenangan dan kesedihan, dan pada akhirnya memberikan sanksi seadil-adilnya kepada semua makhluk atas setiap perbuatannya, serta membukakan pintu surga untuk melengkapi semua nikmat yang diberikan-Nya. Untuk semua yang terasa, terlihat, terlewati, yang tak terhitung bahkan yang luput dari ingatan kita dan tak pernah terpikirkan, hanya satu kata terucap, terima kasih Allah. Wallahu ‘a’lam bishshowaab (Bayu Gautama)
Menghitung dan Menjalani Amanah Allah dalam Hidup
eramuslim - Amanah adalah hendaknya kita melakukan survai tentang kekuatan persepsi yang telah diberikan Allah SWT, memperhatikan kepandaian khusus yang diberikan Allah SWT, dan kemudian menggunakannya sesuai kehendak Allah SWT yang memberikan itu semua. Jika kita melihat harta dan anak-anak yang menyayangi kita, maka kita harus merasakannya bahwa semua itu milik Allah yang dipercayakan pada kita. Karenanya kita harus berkorban dan memanfaatkan harta untuk mencari ridha Allah SWT. Jika kita bersedih dan menderita karena kehilangan harta dan titipan Allah SWT, jangan meratap dan mengutuki nasib. Jangan beranggapan bahwa itu semua adalah milik pribadi kita yang kemudian terenggut. Sebab Allah lah yang paling berhak atas milik kita. Dan Dia yang berkenan mengambilnya sesuai keinginan-Nya. Jika kita dicoba dengan harta kekayaan yang melimpah, jangan ragu mengeluarkannya untuk berzakat dan berjihad, jika diperlukan. Karena itulah cara alokasi dan penggunaan harta yang dikehendaki oleh Allah Yang Memberikan harta itu pada kita. Itulah makna amanah.
Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan padamu, sedang kamu mengetahui. Dan ketahuilah bahwa harta dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan, dan sesungguhnya di sisi Allah lah pahala yang besar.” (QS. Al Anfal : 27-28)
Berjuta amanah yang diberikan pada kita dalam tenggang waktu hidup ini, bias dikembalikan kapan saja ketika Allah menghendaki. Dan kita akan dimintai pertanggungjawaban atas amanat yang dititipkan itu. Maimun bin Mihran mengatakan, “Ada tiga cara untuk membedakan baik buruknya seseorang. Yaitu, bagaimana orang itu memelihara amanat, bagaimana ia menempati janji dan keramahtamahannya.
Menganggap amanah sebagai harta kekayaan pribadi adalah suatu perbuatan jahat. Atau kasarnya, barangkali bias dikatakan merampok atau maling. Abdullah bin Mas’ud mengatakan, “Berjuang di jalan Allah akan menghapuskan segala dosa, kecuali penyalahgunaan amanh.” Ia melanjutkan bahwa pada hari kiamat orang yang berjihad di jalan Allah akan diminta membayar hutangnya berupa amanah. Orang itu menjawab, “Ya Tuhan, bagaimana mungkin hal itu bias dilakukan sedangkankehidupan dunia telah berakhir.” Allah berfirman, “Bawa dan masukkan dia ke neraka.” Pada saat yang bersamaan, sejumlah amanat akan tampil dalam bentuk ketika dititipkan kepada orang itu di dunia dahulu. Dia melihat dan serta merta mengenalnya. Dia akan menghampirinya dan minta dipanggul di pundak orang itu hingga ia merasa cukup kemudian amant itu akan turun dari pundak orang itu. “Perbuatan ini akan berlangsung terus dan tidak berakhir,” ujar Ibnu Mas’ud. Selanjutnya, Abdullah bin Mas’ud mengatakan bahwa shalat merupakan suatu amanat, mengambil air wudhu juga amanat, menimbang dan mengukur juga amanat. Amanat yang paling berat tanggungajawabnya adalah amanat yang berupa titipan harta benda kepada seseorang. Dan kelak catatan panjang tentang amanat itu akan diungkap.
Renungkanlah, berapa banyak amanat yang telah kita terima sepanjang hidup. Pasti tak terhitung. Hitunglah berapa banyak rahmat Allah yang telah kita peroleh. Pasti tak terukur. Lalu bagaimana kita menunaikan amanat-amanat Allah itu? Jalani amanah itu dengan baik dan konsisten sejak sekarang, Itu saja jawabannya. (al)