Rindu Akan Kampung Akhirat

Banyak kisah tentang kerinduan. Rindu anak kepada orang tuanya yang sedang berada di kampung, atau sebaliknya rindu orang tua terhadap anaknya yang sedang dalam perantauan di negeri seberang. Ketika rasa rindu itu datang, pastinya kita akan selalu teringat akan apa yang kita rindukan.

Seorang anak yang rindu terhadap orangtuanya di kampung, ia akan berusaha mengumpulkan bekal untuk biaya pulang dan untuk membawa oleh-oleh yang terbaik untuk orangtuanya. Begitupun orang tua yang merindukan anaknya di perantauan, ia akan mempersiapkan apa saja kesukaan anaknya untuk menyambut kedatangannya ketika kabar berita kedatangan anaknya itu didengarnya.

Kisah rindu diatas adalah kisah rindu anak terhadap orangtuanya dan rindu orangtua terhadap anaknya. Lain halnya dengan kisah rindu antara dua orang kekasih yang sedang jatuh cinta. Dalam segala kondisi mereka selalu ingat terhadap kekasihnya, ketika sedang makan, minum, berjalan, duduk bahkan ketika sedang tidurpun teringat kekasihnya sampai-sampai terbawa mimpi.

Seperti itulah rindu ketika datang menghampiri. Kita akan selalu ingat terhadap apa yang kita rindukan. Rindu kampung halaman, rindu orangtua, rindu anak, rindu kekasih, dan rindu-rindu yang lainnya. Tetapi bagi orang beriman kerinduan yang harus ada adalah kerinduan terhadap kampung akhirat, rindu tempat dimana kita akan hidup selama-lamanya disana kelak.

Rindu akan kampung akhirat berarti kita senantiasa teringat kepada pemiliknya yaitu Allahu Rabbul ’Alamin, pencipta segala apa yang ada di jagat raya kehidupan, jagat raya kehidupan dunia dan akhirat. Rindu itu tercermin dari apa yang dilakukannya ketika di dunia ini untuk senantiasa ingat kepada-Nya.

Banyak kisah hamba beriman yang mencerminkan kerinduan akan kampung akhirat, yang dilakukannya senantiasa ingat kepada Allah SWT. Seperti kisah pengembala pada zaman Khalifah Umar Bin Khattab ra. Pada saat itu Abdullah bin Dinar dan Umar Bin Khattab ra. sedang dalam perjalanan menuju Makkah, di tengah perjalanan mereka beristirahat. Tiba-tiba muncul seorang pengembala menuruni lereng gunung dan melewati mereka berdua. Umar kemudian bertanya kepada pengembala itu: ”Hai Pengembala, juallah seekor kambingmu kepada saya?”. ”Tidak, saya ini seorang budak”, jawab pengembala itu. ”katakan saja kepada tuanmu bahwa dombanya di terkam serigala”, Umar menguji. Dengan tegas pengembala itu berkata: ”Kalau begitu, dimana Allah SWT?”.

Ketika mendengar jawaban pengembala itu Umar bin Khattab ra. menangis. Kemudian Umar pergi bersama pengembala tersebut menemui tuannya, untuk dimerdekakannya. Dan umar pun seraya berkata: ”Kamu telah dimerdekakan di dunia ini oleh ucapanmu dan semoga ucapan itu bisa memerdekakanmu di akhirat kelak”.

Kisah lainnya adalah kisah ibu dan putrinya penjual susu yang juga terjadi pada zaman Khalifah Umar bin khattab ra. Ketika ibunya ingin mencampur susu yang akan dijualnya dengan air, supaya mendapatkan keuntungan yang lebih banyak, putrinya mengingatkan: ”Bagaimana jika Amirul Mukminin Umar bin Khattab ra. mengetahui?”. Sang Ibu tidak menghiraukan nasihat dari anaknya dan bersihkeras melaksanakan keinginannya itu. Dan putrinya pun kembali menasihati: ”Kalaupun Amirul Mukminin tidak melihat kita tetapi Rabb Amirul Mukminin melihat kita”.

Begitulah apa yang dilakukan oleh orang yang ada kerinduan dalam dirinya akan akhirat, mereka senantiasa ingat kepada Allah SWT. Selalu berusaha untuk menjauhi perbuatan-perbuatan dosa baik dalam keramaian ataupun dalam kesendiriannya. Kita mengenal hal itu dengan istilah Muroqobatullah atau merasakan pengawasan Allah SWT, yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat dan yang tidak pernah mengantuk dan juga tidur.

”...dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al Hadiid:4)

”Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Qs. Al Baqarah:255)

Dengan sifat Muroqobatullah itu kita akan senantiasa ingat kepada-Nya. Dan orang-orang yang rindu akan kampung akhirat, sifat ini akan selalu dipelihara. Tentunya Muroqabatullah ini akan mengangkat derajat seorang hamba menjadi orang-orang yang Taqwa. Karena sebagaimana didefinisikan oleh sebagian ulama Taqwa adalah hendaklah Allah tidak melihat kamu berada dalam larangan-larangan-Nya dan tidak kehilangan kamu dalam perintah-perintah-Nya. Definisi Taqwa lainnya adalah mencegah diri dari adzab Allah dengan berbuat amal sholeh dan takut kepada-Nya dikala sepi atau terang-terangan.

Dan Taqwa adalah jalan untuk meraih kebahagian di kampung akhirat sana, yaitu syurga yang mengalir dididalamnya sungai-sungai. Sungguh begitu damai terasa kampung akhirat yang bernama syurga itu. Semoga kita kelak ada diantara hamba yang berada didalamnya. Amin... Ya Rabbal ’Alamin...

”Perumpamaan syurga yang dijanjikan kepada orang-orang yang taqwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai didalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.” (Qs. Ar Ra’d:35)

Wallahu a’lam bishshawab

addy.1397@gmail.com
http://addyabasalma.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar