Pemimpin yang Mendengar

Oleh Ahmad Syahirul Alim Lc*
Seperti biasa, Amirul Mukminin Umar bin Khattab RA menunggang keledainya di tengah kota. Selain untuk bertegur sapa dengan sahabat dan rakyatnya, Khalifah juga memeriksa kondisi rakyatnya, menolong orang-orang yang memerlukan, dan mencegah kezaliman terjadi di negerinya.

Hari itu, seorang nenek tiba-tiba menghentikan keledai yang ditumpangi Umar. Nenek itu langsung menceramahinya. "Hei Umar, aku dulu mengenalmu sewaktu kau dipanggil Umair (Umar kecil), yang suka menakuti-nakuti anak-anak di pasar Ukadz dengan tongkatmu. Maka hari-hari pun berlalu hingga kau disebut Umar, dan kini engkau Amirul Mukminin... Maka bertakwalah engkau kepada Allah atas rakyatmu! Barang siapa yang takut akan ancaman Allah maka yang jauh (akhirat) akan terasa dekat. Barang siapa yang takut akan kematian tidak akan menyia-nyiakan kesempatan, dan barang siapa yang yakin akan al-hisab (hari penghitungan), ia akan menghindari azab (Allah)."

Umar hanya terdiam mendengar perkataan sang nenek tua itu. Tak satu kata pun terucap dari mulutnya. Sampai-sampai Al-Jarud Al-Abidy yang menemani Umar merasa terganggu dengan sikap nenek tua itu. Al-Jarud berkata, "Hei Nenek, Engkau telah berlebihan atas Amirul Mukminin."

"Biarkanlah ia...," cegah Umar Ra kepada Al-Jarud. "Apa engkau tidak mengenalnya? Dialah Khaulah* yang perkataannya didengar oleh Allah dari atas tujuh lapis langit maka Umar lebih berhak untuk mendengarnya," tutur Amirul Mukminin.

Bahkan dalam riwayat lain, Umar berkata: "Demi Allah, seandainya ia tidak meninggalkanku sampai malam tiba, aku akan terus mendengarkannya sampai ia menunaikan keinginannya. Kecuali jika datang waktu shalat, aku akan shalat lalu kembali padanya, sampai ia menuntaskan keinginannya."

Umar RA selalu setia mendengarkan keluhan rakyatnya. Amirul Mukminin tak segan-segan untuk memohon maaf jika telah merasa lalai. Ia lalu menuntaskan hajat rakyat yang sudah menjadi kewajibannya. Sebagai khalifah, ia bahkan pernah memikul sendiri karung gandum dan menyerahkannya pada seorang janda di ujung kota.

Begitulah Umar memberikan keteladanan kepada kita semua. Seorang pemimpin hendaknya mempunyai pendengaran yang peka terhadap keluhan, bahkan kritikan rakyatnya. Ia menyadari betul, kekuasaannya hanyalah amanah yang harus ia tunaikan kepada para pemiliknya, yaitu rakyat yang dipimpinnya.

Khalifah Umar bukanlah tipe pemimpin yang haus sanjungan. Sebab, ia selalu mengingat firman Allah SWT, "Janganlah sekali-kali kamu menyangka, orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan, janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih." (Ali Imran: 188)

--
*Khaulah, gugatannya diabadikan dan menjadi asbabunnuzul surat Al-Mujadilah


*sumber: Republika cetak (15/3/11)

Hikmah Sakit

Oleh : Riyulasdi SPdI *)

Bukit Uhud menjadi saksi sejarah yang akan menceritakan bukti kepahitan dan kepedihan yang diderita kaum muslimin. Kekalahan menghadapi kaum kafir yang paling telak.  Perih memang. Tapi itulah kenyataan yang harus diterima.  Puluhan sahabat gugur sebagai syuhada. Puluhan lainnya terluka parah. Bahkan Rasulullah SAW sendiri mengalami banyak luka yang sangat memilukan. Hanya untuk sekedar shalat berjamaahpun Rasulullah dan kaum muslimin harus duduk, karena bagitu banyaknya luka yang menggores di tubuh mereka.

Peristiwa itu tidak hanya meninggalkan duka lara bagi kaum muslimin, yang setiap saat mesti ditangisi dan disesali. Ada hikmah besar yang terhampar luas yang bisa dipetik oleh kaum muslimin dari peristiwa itu. Karena bagaimanapun, pengalaman hidup adalah guru yang paling bijak dalam mengajarkan sesuau kepada kita. 

Sebenarnya kaum muslimin pada awalnya tidak berada pada posisi kalah, karena Rasulullah SAW telah membentuk benteng pertahanan dari pasukan pemanah yang akan selalu melindungi barisan kaum muslimin. Ketaatan mereka terhadap perintah Rasulullah SAW memudar saat barisan pemanah itu melihat kaum Muslimin yang lain sibuk memperebutkan harta rampasan perang. Mereka meninggalkan bukit pertahanan mereka untuk ikut ambil bagian dalam harta rampasan perang tersebut. Kesempatan ini adalah momentum yang ditunggu-tunggu oleh kaum musyrikin. Mereka mengambil alih posisi pasukan pemanah dan melakukan serangan balasan bagaikan gelombang laut yang tak mampu dihalangai oleh kaum Muslimin.

Begitulah sejarah mencatat alur peristiwa besar itu. Peristiwa Uhud setidaknya mengajarkan Kaum muslimin tentang  konsekuensi yang harus diterima oleh seseorang ketika ia mencoba untuk melanggar perintah Rasulullah saw. Karena bagaimanapun muara kesalahan dari perisiwa itu adalah sikap merasa tidak berbahaya dari tindakan yang dilakukan oleh seseorang dengan meninggalkan posisi pasukan pemanah.       

Ternyata sakit tidak selalu meninggalkan kesan kesedihan dan penderitaan bagi seseorang, tapi justru ia menjadi momentum lonjakan kebaikan dalam menyemai dan mengumpulkan butir-butir kebaikan. Dan yang terpenting dan sangat berharga adalah bahwa sakit adalah momentum untuk muhasabah terhadap nikmat kesehatan yang selama ini dinikmati. Disini sakit berungsi sebagai pengontrol terhadap nikmat kesehatan dan kesenangan yang telah dihabiskan. 

Sakit merupakan momentum pengumpulan semangat baru terhadap  perjuangan yang sedang dilakukan. Di sisi lain sakit merupakan momentum untuk pencapaian sebuah cita-cita, bahkan sakit adalah jejak-jejak untuk mengukir kegemilangan. Jendral Sudirman telah mengajarkan tentang hal itu, cukup lama beliau berteman dengan sakit bahkan untuk sekedar berjalanpun sulit, tapi ternyata sakit tidak membuat beliau patah semangat dalam mengisi bait-bait kemerdekaan, tandu ternyata bukan suatu penghalang bagi beliau untuk menghentikan perjuangan. 

Kita hanya berbicara tentang nilai positif dari rasa sakit yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya. Karena sakit sesungguhnya bukan sesuatu pemberian Allah SWT yang buruk, karena Allah SWT tidak pernah memberikan yang buruk kepada hambaNya, sakit yang menurut kita buruk, belum tentu buruk juga dalam pandangan Allah SWT. 

Ini adalah janji Allah SWT,   "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui" (QS  Al Baqarah 216). Begitulah Allah SWT mengajarkan kepada kita tentang pentingnya bersikap positif terhadap sesuatu. 

Sakit adalah bagian dari kasih sayang Allah SWT yang sangat besar bagi hambaNya. Justru karena sakitlah Umar Bin Khattab semakin merasa bersyukur kepada Allah SWT, karena diberi kesempatan untuk menghapuskan dosa-dosa kecil. Sakit bisa membuat kita merengkuh pahala kesabaran yang terhampar luas, sabar yang penuh dengan keindahan.  "Maka Bersabarlah kamu dengan sabar yang baik." ( QS Al Ma’arij 5 )

Rasulullah SAW sangat mewanti-wanti agar kita harus sangat berhati-hati dengan sakit, karena tidak semua orang mempunyai kekuatan menata masa sakit itu menjadi ladang-ladang kebaikan. "Pergunakanlah masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu," begitu beliau mewasiatkan.
*) seorang guru SDIT di Bukittinggi. Bisa dihubungi di akhriy_u@yahoo.co.id

http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/11/02/24/165898-hikmah-sakit

Taruhan Terakhir Pemerintahan SBY

Sengaja saya kutip berita ini yang kelak akan menjadi HIKMAH bagi kita semua, dibalik sebab dan akibatnya hingga hal itu terjadi. Ambil HIKMAHnya yang terbaik. . . dan jadikan yang terburuk sebagai pelajaran (by kembangjambu)


Bagaimana bila kekuasaan sudah kehilangan kepercayaan dan dukungan rakyat? Dengan sendirinya pemerintah itu akan ambruk. Pemerintah akan tidak efektif menjalankan fungsinya. Meskipun, pemerintah itu masih dapat menjalankan roda pemerintahan sehari-hari.

Ketidak percayaan rakyat terhadap pemerintah akan menjadi ancaman bagi pemerintahan yang sudah kehilangan dukungan. Ini semua berawal ketika pemerintah tidak tegas, dan tidak berani mengambil langkah-langkah yang efektif, khususnya dalam menyelesaikan masalah-masalah yang menjadi perhatian rakyat secara luas.

Misalnya, sekarang Presiden SBY mengeluarkan 12 instruksi untuk menyelesaikan kasus Gayus, yang menjadi 'bintang' media, karena tindakannya yang berkomplot dengan para wajib pajak, yang merugikan negara, dan jumlahnya bisa mencapai triliun rupiah. Sungguh sangat hebat dan luar biasa, Presiden SBY harus mengadakan rapat kabinet hanya membahas kasus Gayus, dan kemudian mengeluarkan 12 instruksi kepada para aparat penegak hukum.

Tetapi, apakah akan ada jaminan 12 instruksi akan dilaksanakan oleh para aparat penegak hukum? Bagaimana kalau para aparat penegak hukum negara tidak melaksanakan? Atau melaksanakan, tetapi hanya bersifat artifsial, karena semua aparat penegak sudah terlibat dan tidak ada yang bersih, dan menerima uang dari Gayus? Ibaratnya, Gayus telah melakukan serangan yang sangat 'massive' terhadap semua sasarannya, sehingga sangat nampak dengan jelas mereka menjadi macan 'ompong', ketika menghadapi Gayus.

Masalah penegakkan hukum menjadi perhatian masyarakat luas. Setiap hari menjadi sorotan media massa, dan rakyat terus mengikuti berbagai peristiwa yang terjadi khususnya terkait dengan penegakkan hukum, yang terkait dengan para koruptor.

Sejak 2010, pemerintah SBY sudah dihempaskan oleh kasus-kasus korupsi, yang dampaknya sangat luar biasa. Tetapi, pemerintah tidak menunjukkan ketegasan sikap yang jelas, ketika menangani kasus yang terjadi.

Kasus-Kasus Yang Menjadi Perhatian Rakyat

Kasus Anggodo, yang kemudian membuka borok-borok di tubuh aparat penegak hukum. Kasus Anggodo meledak ketika rekaman pembicaraan Anggodo dibuka di dalam sidang di Mahkamah Konstitusi (MK), yang diliput langsung oleh semua media massa. Tetapi pemerintah dalam menangani kasus Anggodo, menunjukkan kegagalan aparat penegak hukum.

Ada kasus yang lain, yang meledak lebih dahsyat, dan menyita energi bangsa ini, yaitu kasus bail out Bank Century, yang menghabiskan uang Rp 6,7 triliun. Kasus ini melibatkan DPR, yang kemudian membentuk Pansus. Pansus mengambil keputusan, yang intinya adanya pelanggaran hukum, dan keputusan Pansus DPR itu, menyebut nama Sri Mulyani dan Boediono.

Tetapi, sesudah Sri Mulyani mengundurkan diri sebagai Menkeu, dan meninggalkan Indonesia menuju AS, kasus Bank Century ditutup, bersamaan dengan dibentuknya Setgab (Sekretariat Gabungan), yang merupakan rumah baru bagi partai-partai koalisi pemerintah, yang dipimpin Presiden SBY, dan ABurizal Bakri sebagai pelaksanaan harian.

Kasus Bank Century ditutup, dan hilang seperti ditelan angin, muncul kasus baru, yaitu kasus Gayus Tambunan, yang melibatkan lebih luas lagi kaitannya, dan menjadi isu politik yang sangat penuh dengan intrik. Tetapi, kasusnya sendiri menjadi berlarut-larut, lebih dari satu tahun tidak selesai.

Gayus sendiri menjadi seorang 'making news', bukan seperti seorang penjahat, dan mendapatkan covered media yang luar biasa. Bahkan, Gayus dengan sangat penuh percaya diri menawarkan dirinya menjadi staf khusus bagi Polri dan Kejaksaan, dan menjamin dalam waktu dua tahun akan habis korupsi di Indonesia. Pernyataan Gayus disampaikan di depan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, ketika ia membacakan pledoinya. Sungguh ini sebuah penistaan yang luar biasa terhadap hukum.

Gayus mengaku Presiden SBY sudah mengetahui siapa 'kakapnya, dan bahkan hiunya', tetapi mengapa pemerintah sampai sekarang tidak melakukan tindakan untuk membersihkan para koruptor dari lembaga-lembaga penegak hukum yang ada? Ini hanya menunjukkan memang adanya keterlibatan yang massif dari lembaga penegak hukum itu, sehingga tidak dapat menyentuh Gayus.

Apalagi, Presiden SBY yang mengeluarkan 12 instruksi terkait dengan penangannya di serahkan kepada Wapres Boeodiono, yang di mata berbagai kalangan sudah menolak, karena Boediono di duga terlibat dalam skandal Bank Century. Penunjukkan Boediono itu justru menimbulkan kekecewaan berbagai kalangan,yang semakin menumpuk ketidak percayaan rakyat.

Inilah berbagai latar belakang yang menyebabkan para pemimpin agama menyuarakan pandangannya dengan suara yang menyatakan pemerintah : 'berbohong'. Artinya, pernyataan-pernyataan dari pemerintah, terutama Presiden SBY, mengenai penanganan berbagai kasus dan masalah, tetapi implementasi tidak cukup menunjukkan greget, yang dapat memberikan kepercayaan rakyat.

Gerakan yang sekarang menggelinding, mula-mula dari para tokoh agama, dan sekarang terus bergulir ke mana-mana, yang menyatakan pemerintah :'berbohong', dan terus berlanjut, pasti akan menyebabkan runtuhnya kewibawaan pemerintah. Karena, rakyat sudah tidak percaya lagi, apapun yang dilakukan oleh pemerintah. Jika rakyat sudah tidak percaya dengan apapun yang dikerjakan pemerintah, itu berarti pemerintah itu akan berakhir dengan sendirinya.

Semuanya tokoh yang hadhir di Istana Negara, kemarin, sudah mengeluarkan pernyataan, sepeti Din Syamsuddin, Andreas Wangoe, Syafi'i Maarif, dan Mgr Situmorang, secara terang-terangan menyatakan ketidak puasan mereka atas hasil pertemuan yang berlangsung di Istana Negara, selama empat jam.

Mereka, para tokoh agama yang hadir di Istana, sudah menyampaikan pandangannya kepada Presiden SBY, tetapi mereka umumnya merasa kecewa. Hal ini seperti diungkapkan oleh Din Syamsuddin, di mana dalam pertemuan itu, ia menginginkan agar penangan Gayus dilakukan oleh KPK, tetapi Presiden SBY memilih polisi. "Saya menyarankan kasus Gayus lebih baik diselesaikan oleh KPK. Namun, Presiden menjawab telah memerintahkan kepolisian untuk merampungkannya", ucap Din.

Akhirnya, Gayus oleh Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Jakarta Selatan, hanya di vonis 7 tahun penjara. Hukuman yang sangat terlalu ringan. Ini merupakan potret yang sangat suram penegakkan hukum di Indonesia. Kegagalan pemerintahan SBY dalam menegakkan hukum dan keadilan yang sekarang menjadi perhatian seluruh rakyat Indonsia. Ini sebuah bukti bahwa instruksi Presiden SBY itu mandul, dan tidak dijalankan oleh aparatnya, khususnya aparat penegak hukum, yang hanya mengganjar Gayus 7 tahun penjara.

Berdampak Terhadap Partai Pendukung

Ketika kepercayaan rakyat terhadap pemerintahan SBY semakin luas, maka berdampak terhadap dukungan pemerintahan SBY-Boediono, seperti ditunjukkan sebuah hasil survie di ujung tahun 2010, Lembaga Survei Indonesia menggelar survei guna melihat persepsi publik terhadap pemerintah dan partai-partai politik. Salah satu kesimpulannya adalah, tingkat kepuasan publik terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terus menurun sepanjang tahun 2010.

Direktur Eksekutif LSI Dodi Ambardi menjelaskan bahwa bulan Juli 2009 tingkat kepuasan pada SBY mencapai 85 persen, namun angka ini terus menurun sehingga Oktober 2010 menjadi 62 persen. "Memang ada sedikit kenaikan tingkat kepuasan publik atas kinerja SBY dari Oktober (62 persen) sampai Desember (63 persen) tahun 2010, tetapi secara umum trennya cenderung menurun dan stagnan pada 2010," kata Dodi di kantor LSI, Menteng, Jakarta, Kamis 6 Desember 2010.

Adapun tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Wakil Presiden Boediono juga berfluktuasi sejak mulai menjabat hingga Desember 2010 yakni berkisar 49-53 persen. Hal ini, tambah Dodi, agaknya berkaitan dengan menurunnya persepsi publik atas kondisi politik, penegakan hukum, dan kondisi ekonomi yang juga cenderung mengalami penurunan. Korelasi antara persepsi publik atas kondisi politik, penegakan hukum, dan ekonomi, kata Dodi, sangat kuat dan signifikan.

Ruhut Sitompul, Juru Bicara Partai Demokrat, menyatakan kekecewaan itu sebenarnya untuk pemerintahan secara keseluruhan. Di pemerintahan itu ada menteri-menteri. "Beberapa menteri itu yang turun, Pak SBY jelas tak turun," kata Ruhut mengomentari hasil survei itu.

Elektabilitas Partai Turun

Semua partai pendukung koalisi pemerintahan juga mengalami penurunan dukungan, kecuali satu partai, Partai Kebangkitan Bangsa. Partai Demokrat yang menurut LSI pada Januari 2010 mendapat 32 persen, sekarang turun ke tingkat yang sama seperti hasil yang diperoleh dalam Pemilu 2009, 21 persen.

"Yang menarik, merosotnya dukungan terhadap Demokrat ini ternyata tidak dibarengi oleh kenaikan dukungan suara partai-partai lainnya, baik yang berada pada koalisi pemerintah maupun yang di luar koalisi pemerintah. Tidak terjadi pula kenaikan dukungan signifikan pada partai menengah dan kecil," kata Dodi.

Partai Golkar mendapat 12,7 persen, bandingkan dengan hasil Pemilu di mana mendapat 14,4 persen. Data survei itu menunjukkan, posisi Partai Kebangkitan Bangsa (4,8 persen), Partai Keadilan Sejahtera (4,6 persen), Partai Persatuan Pembangunan (2,7 persen), Gerindra (2,4 persen), Partai Amanat Nasional (2,3 persen), dan Hanura (1,2 persen).

Sebagai bahan perbandingan, lihatlah hasil Pemilu 2009 berikut ini. Partai Demokrat mendapatkan 20,85 persen, Golkar 14,45 persen, PDIP 14 persen, PKS 7,88 persen, PAN 6 persen, PPP 5,32 persen, PKB 4,94 persen, Gerindra 4,4 persen dan Hanura 3,77 persen.

Melihat hal ini, Dodi menengarai yang sedang terjadi adalah parpol dijauhi masyarakat. "Mungkin yang terjadi itu meningkatnya ketidakpercayaan dan kekecewaan publik terhadap politik dan parpol secara keseluruhan, bukan hanya sekadar kekecewaan terhadap pemerintah atau Presiden dan Wakil Presiden semata," kata Dodi.

Sementara itu, salah satu Ketua Partai Amanat Nasional, Bima Arya Sugiarto, menyatakan hasil survei yang memperlihatkan Gerindra menyalip partainya masih dalam batas margin of error. Fenomena penurunan elektabilitas PAN, kata Bima, merupakan ekspresi ketidakpuasan pada pemerintah sendiri.

"Dan itu wajarlah terjadi di tahun pertama karena ekspektasi publik yang tinggi di awal pemerintahan," kata mantan Direktur Eksekutif Charta Politika, sebuah konsultan politik itu.

Sementara Partai Kebangkitan Bangsa, melalui Sekretaris Jenderal Imam Nahrowi, kaget dengan hasil survei ini. Kaget karena di tengah guncangan konflik internal, PKB masih bisa mempertahankan basis suaranya.

"Hasil survei dan analisa LSI itu kami anggap kritik sekaligus penyemangat bagi PKB. Insya Allah, kami optimistis ada titik cerah bagi PKB di masa depan," kata Imam.

Lonceng Kematian Partai

Namun fenomena anjloknya suara sejumlah partai ini, menurut peneliti senior Lembaga Survei Indonesia Burhanuddin Muhtadi, menjadi lonceng penanda kematian. Jika parliamentary threshold 5 persen jadi diterapkan, hanya lima atau enam partai yang bisa duduk di DPR periode 2014-2019 nanti.

Semuanya itu menjadi resiko partai-partai yang mendukung pemerintahan SBY yang sudah tidak populer, maka akan kehilangan dukungan politik, karena menurunnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah. mhn.

Perpustakaan Nasional Israel Ternyata Menjarah Buku-buku Warga Palestina

 
REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM--Sineas asal Belanda, Benny Brunner, segera meluncurkan film dokumenter terbarunya yang berkisah soal penjarahan buku-buku milik cendekiawan Palestina oleh tentara Israel dalam Perang Arab-Israel 1948.
Menurut Brunner, diperkirakan ada 30 ribu buku dan naskah dalam bahasa Arab, termasuk yang langka dan mahal, yang dijarah tentara Israel. Naskah-naskah itu lantas dijadikan koleksi Perpustakaan Nasional Israel.
“Perpustakaan Nasional Israel “mengumpulkan” buku-buku ini dari pelbagai perpustakaan pribadi orang Palestina yang kabur karena diusir dari rumah mereka pada tahun 1948,” kata Brunner, Selasa (27/12).
Menurut Brunner, karyawan Perpustakaan Nasional berkoordinasi dengan tentara Israel. Mereka masuk rumah-rumah orang Palestina yang sudah dikosongkan dengan paksa. Kadang-kadang, demikian Benny berlanjut, buku-buku itu sudah dijarah ketika pertempuran masih belum reda.
Brunner saat ini dalam proses menghubungi para cendekiawan Palestina pemilik buku-buku tersebut. Salah satu saksi mata yang sudah dihubunginya adalah Nasser Eldin Al Nashashibi, seorang keturunan cendekiawan Arab terkemuka di Yerusalem.
Ketika pecah perang tahun 1948, Nasser baru berusia 20 tahunan. Katanya, “Buku-buku kami dicuri dari rumah ini. Orang-orang Yahudi menjarahnya. Saya lihat dengan mata kepala sendiri.”
Aziz Shehadah, seorang pengacara Arab-Israel dari Nazareth yang sempat magang di Perpustakaan Nasional Israel mengakui penjarahan ini. Ketika tahun 1960-an, Shehadah sempat melihat sejumlah buku langka berbahasa Arab Kuno tentang Islam. “Semua orang juga tahu, buku-buku itu berasal dari kota Arab, ada beberapa yang masih ada dalam karung.”
Seorang sumber Brunner menambahkan, memang ada karyawan perpustakaan yang bertugas menghapus nama pemilik orang Arab dari sebagian besar buku yang ada. “Ini menjelaskan mengapa hanya 6.000 buku yang disebut sebagai hak milik yang diabaikan, padahal pada dokumen asli tertera sebanyak 30 ribu buku,” katanya
Tuduhan penjarahan ini dibantah oleh Perpustakaan Nasional Israel. Oren Weiberg, jurubicara Perpustakaan Nasional menyatakan bahwa lembaganya hanya mengelola buku-buku atas nama Dinas Hak Milik Yang Diabaikan di bawah Kementerian Keuangan Israel.
Pejabat Kementerian Keuangan Israel juga mengklaim buku-buku di Perpustakaan Nasional Israel bukan buku jarahan. Namun mereka mengatakan pada tahun 1948, mereka bekerja sama dengan Universitas Haifa untuk mengumpulkan buku dari pihak ketiga. “Pemilik asli buku-buku ini, demikian tertera dalam reaksi tertulis Kementerian Keuangan Israel, tidaklah diketahui,” demikian pernyataan Kementerian Keuangan.
Tidak hanya itu rupanya. Brunner bertemu dengan seorang warga Israel yang pada tahun 1960-an pernah membeli buku bekas di Perpustakaan Nasional Israel. Lucunya, buku bekas itu ternyata punya rekan si warga Israel, yang kebetulan orang Palestina.
“Kalau ada buku-buku yang tidak menarik bagi perpustakaan, seperti buku pelajaran sekolah, maka buku itu akan mereka jual. Bayangkan saja menjual barang curian kepada pemilik barang yang dicuri itu!” kata si warga Israel.

http://duniaperpustakaan.com/2010/12/28/perpustakaan-nasional-israel-ternyata-menjarah-buku-buku-warga-palestina/

Cinta Ibu Sepanjang Masa

Kasih ibu, kepada beta

Tak terhingga sepanjang masa

Hanya memberi, tak harap kembali

Bagai sang surya menyinari dunia

Syair lagu diatas saya dapat ketika duduk di bangku taman kanak-kanak. Lagu diatas mengajarkan sekaligus menceritakan kepada anak-anak tentang cinta dan sayang seorang ibu kepada buah hatinya. Cinta yang akan selalu mengiringi setiap langkah anak dalam menggapai cita-citanya.

Seiring bergulirnya waktu saya semakin meyakini bahwa cinta seorang Ibu kepada anaknya adalah sebuah ketulusan. Apapun yang terjadi pada anak-anaknya seorang Ibu akan setia mendampingi mereka. Tidak perduli betapa besar kedurhakaan seorang anak dalam batin seorang Ibu cinta dan sayangnya tidaklah sirna.

Ibu tidak pernah pamrih atas apa yang ia berikan dalam membesarkan anak-anaknya. Ibu juga tidak pernah menyimpan dendam atas sikap-sikap anaknya yang selalu menyayat hatinya. Sebaliknya, untaian doa tidak pernah terputus dia panjatkan semoga Allah membimbing setiap langkah anak-anaknya. Luasnya maaf tidak terbatas ia berikan untuk keselamatan anaknya karena seorang Ibu tahu jika ridha Allah itu tergantung ridhanya kepada buah hatinya.

Ibu tidak pernah malu dengan sosok anaknya. Entah anaknya cacat, kelainan mental, atau ketidaknormalan lainnya. Bahkan Ibu orang pertama yang membesarkan hati anak-anaknya untuk tetap tegap berjalan. Dengan sabar Ibu mengajarkan segala sesuatu hingga anak-anaknya bisa.

Ibu adalah orang yang berada di belakang para tokoh-tokoh itu. Namun, cinta seorang Ibu tidak putus ketika buah hatinya berada dibalik teralis. Kedua tangan Ibu masih terbuka lebar bagi anak-anaknya yang ingin kembali tidak perduli seberapa kelam diri anak-anaknya.

Besarnya cinta seorang Ibu ternyata masih saja tidak cukup bagi anak-anaknya untuk berbakti kepadanya. Dengan otaknya yang cerdas seorang anak masih menghitung-hitung untung rugi berbagi dengan Ibunya seolah tulusnya pengorbanan seorang Ibu terhadapnya hal yang tidak pernah ada. Lemah lembutnya tutur kata seorang Ibu sering ditimpali dengan teriakan-teriakan kasar yang menyayat hati.

Bersyukurlah bagi anak-anak yang memahami bahwa surga itu ada di telapak kaki seorang Ibu. Menjadikannya sebagai ladang amal menuju kampung akhirat.

“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”

http://www.eramuslim.com/oase-iman/galih-ari-permana-cinta-ibu-sepanjang-masa.htm


jangan lakukan kemaksiatan LISAN : Dusta

Di antara sebab
terbanyak yang menjerumuskan anak Adam ke lembah kemaksiatan, adalah mereka
tidak menjaga dua hal yaitu lidah dan kemaluannya. Sehingga Rasulullah
shalallahu alaihi wa salam bersabda:

”Barangsiapa yang mampu menjaga
apa yang terdapat di antara dua janggutnya dan apa yang ada di antara dua
kakinya, maka aku jamin akan masuk surga.” (Muttafaq alaih, dari Sahl bin
Sa’ad).

Kemaksiatan yang ditimbulkan dari kemaluan adalah zina, dan
kemaksiatan yang ditimbulkan oleh lisan adalah dusta. Terkadang dengan lisannya
seseorang mengucapkan kata-kata tanpa dipertimbangkan dan dipikirkan sebelumnya,
sehingga menimbulkan fitnah dan kemudharatan yang banyak bagi dirinya maupun
bagi orang lain.

Oleh karena itu jelaslah bahwa di antara keselamatan
seorang hamba adalah tergantung pada penjagaannya terhadap lisannya. Nabi
shalallahu alaihi wa salam sendiri pernah menasehati ‘Uqbah bin Amir ketika dia
bertanya tentang keselamatan, lalu beliau bersabda:

”Peliharalah
lidahmu, betahlah tinggal di rumahmu dan tangisilah dosa-dosamu.” (HR
Tirmidzi, hadits hasan).

Termasuk penyimpangan yang nyata dan banyak
terjadi di masyarakat kita sekarang ini adalah melakukan dusta, baik dalam
ucapan maupun perbuatan, baik dalam menjual maupun membeli, dalam sumpah dan
perjanjian, bahkan menggunakan dusta sebagai bumbu dakwah dan menjatuhkan orang
karena kedengkian.

Manusia yang awam maupun yang ‘alimnya banyak
menganggap sepele masalah dusta, sehingga menjadi kebiasaan yang membudaya, yang
seolah sulit ditinggalkan. Yang lebih parah lagi adalah kebiasaan dusta ini
tidak dipedulikan lagi oleh yang awam maupun yang alim, mad’u maupun da’inya,
terhadap bahaya yang ditimbulkan. Na’udzubillah min
dzalik.

Padahal urusan dusta adalah termasuk hal yang berbahaya,
karena termasuk urusan haram yang menyebabkan pelakunya terjerumus ke dalam
neraka. Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda:

”Sesungguhnya
dusta itu menuntun kepada kekejian dan kekejian itu menuntun ke dalam neraka.
Tidak henti-hentinya seseorang itu berdusta dan membiasakan diri dalam dusta,
sehingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta (muttafaqun
‘alaih).

Dusta mempunyai beberapa pengaruh buruk, yang seandainya hal ini
disadari oleh para pendusta pasti mereka akan meninggalkan kebiasaan dustanya
dan akan kembali bertaubat kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Sebagian
dari pengaruh buruk itu adalah:


1. Menyebarkan
keraguan kepada dan di antara manusia


Keraguan artinya
bimbang dan resah. Ini berarti seorang pendusta selamanya menjadi sumber
keresahan dan keraguan, serta menjatuhkan ketenangan pada orang yang jujur.
Berkata Rasulullah shalallahu alaihi wa salam:

”Tinggalkanlah apa-apa
yang membuatmu ragu dan ambil apa-apa yang tidak meragukanmu, karena
sesungguhnya kejujuran itu adalah ketenangan dan dusta itu adalah
keresahan.” (HR Tirmidzi, An Nasai, dan lainnya).

2. Terjerumusnya
seseorang ke dalam salah satu tanda munafik


Rasulullah shalallahu
alaihi wa salam bersabda:
”Ada empat hal, barangsiapa yang memiliki
semuanya, maka dia munafik sejati. Dan barangsiapa memiliki salah satu di
antaranya, berarti dia mempunyai satu jenis sifat munafik hingga dia
meninggalkannya. Yaitu bila diberi amanat dia khianat, bila berkata dia dusta,
bila berjanji dia mengingkari, dan jika berselisih dia berkata kotor.”
(Muttafaqun ‘alaih).

Sebagaimana diketahui, bahwa orang munafik akan
menempati kerak neraka yang paling bawah. Sebutan munafik adalah sebutan yang
amat berat, maka mengapa kita berani berdusta dan mempertahankannya padahal ia
hanya akan mengantarkan kita kepada kedudukan yang buruk lagi
menghinakan.

3. Hilangnya kepercayaan

Sesungguhnya selama
dusta menyebar dalam kehidupan masyarakat, maka hal itu akan menghilangkan
kepercayaan di kalangan kaum Muslimin, memutuskan jalinan kasih sayang di antara
mereka, sehingga menyebabkan tercegahnya kebaikan dan menjadi penghalang
sampainya kebaikan kepada orang yang berhak menerimanya.

4.
Memutarbalikkan kebenaran

Di antara pengaruh buruk dusta adalah
memutarbalikkan kebenaran dan membawa berita yang berlainan dengan fakta,
lebih-lebih dilakukan dengan tanpa mencari kejelasan atau tabayyun yang
disyariatkan. Hal ini dilakukan karena para pendusta suka merubah kebatilan
menjadi kebenaran dan kebenaran menjadi kebatilan dalam pandangan manusia.
Sebagaimana para pendusta pun suka menghias-hiasi keburukan sehingga tampak baik
dan memburuk-burukkan yang baik sehingga berubah menjadi buruk. Dan itulah
perniagaan para pendusta yang terurai rapi dan mahal harganya menurut pandangan
mereka.

Dan apa saja yang mereka katakan tentang keburukan seseorang, dan
apapun pengaruhnya, maka hati-hatilah terhadap mereka, baik yang anda baca dari
mereka ataupun yang anda dengar. Pahami firman Allah
ta’ala:

”…Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.” (QS Al Mukmin:
28)

5. Pengaruh dusta terhadap anggota badan

Dusta menjalar
dari hati ke lidah, maka rusaklah lidah itu, lalu menjalar ke anggota badan,
maka rusaklah amal perbuatannya sebagaimana rusaknya lidah dalam berbicara. Maka
jika Allah subhanahu wa ta’ala tidak memberikan kesembuhan dalam kejujuran
kepada para pendusta itu. Sehingga semakin rusaklah mereka dan menjerumuskan
mereka ke arah kehancuran.

Rasulullah shalallahu alaihi wa salam
bersabda:
”Sesungguhnya kejujuran itu menuntun kepada kebajikan, sedangkan
dusta menuntun kepada kedurhakaan.” (Muttafaq ‘alaih).

Itulah
sebagian kecil dari akibat buruk dusta yang semuanya merupakan akibat yang
terasa di dunia, dan di sisi Allah balasan bagi pendusta lebih dahsyat dan
mengerikan.

Jelaslah bahwa para pendusta akan berjalan di atas jalan yang
menuju neraka, karena dengan berdusta berarti ia akan membuka berbagai pintu
keburukan lainnya. Rasulullah shalallahu alaih wa salam
bersabda:

”Sesungguhnya dusta itu menuju kepada kekejian dan kekejian
menuntun ke neraka, seseorang terus menerus berdusta sehingga dicatat di sisi
Allah sebagai Pendusta.” (muttafaq ‘alaih)

Untuk itu agar kita semua
memperhatikan bahaya dusta sehingga takut untuk melakukannya. Adapun cara untuk
menghindar darinya antara lain:


1. Tidak bergaul dengan
para pendusta dan mencari teman yang shaleh lagi jujur.
2. Mempunyai
keyakinan yang mantap akan bahaya yang ditimbulkannya baik di dunia maupun di
akhirat.
3. Melatih hati dan lisan untuk selalu berkata dan berbuat
jujur.
4. Selalu aktif mengkaji Al-Qur’an dan mengamalkannya.

Semoga
Allah menganugerahkan kejujuran kepada kita semua dalam ucapan maupun
perbuatan.

Sumber:
Majalah As-Sunnah Edisi 09/Th III/1419H-1999M

A b a h

ABAH
Siang itu bukanlah seperti siang biasanya. Yang membuat jadi tidak biasa adalah karena saya harus berjalan kaki dari gerbang kompleks menuju rumah. Motor andalan saya baru saja dirawat di bengkel depan kompleks. Karena tidak nyaman menunggu di bengkel, saya memutuskan pulang, menunggu di rumah. Lebih nyaman, dan bebas asap rokok plus knalpot.

Dalam perjalanan pulang itulah saya bertemu Abah. Siapakah Abah? Nantilah saya ceritakan. Saat ini saya ingin bercerita dulu tentang pertemuan saya dengan orang tua itu. Abah saat itu berjalan bertelanjang kaki, dengan tas besar disampirkan di samping kirinya. Kami pun saling menyapa.

“Dari mana Mas, kok enggak bawa motor?” Sapanya ramah.

Setelah kujawab pertanyaanya, selanjutnya gantian aku yang bertanya, “Abah mau kemana? Kok sendalnya enggak dipakai?”

Abah tertawa. Dia bercerita bahwa berjalan kaki di aspal yang hangat adalah baik untuk terapi. Sebenarnya saya tidak terlalu sepakat kalau dibilang aspal ini hangat. Menurut saya, aspal menjelang siang lebih dari sekedar hangat. Tapi tidak saya bantah kata-katanya. Saya hanya memandangi telapak kakinya yang besar-besar. Lebih besar dari telapak kaki saya. Padahal ukuran sepatu saya 42-43. Entah berapa ukuran sepatu Abah.

“Terus Abah mau kemana ini siang-siang?”

Abah kembali tertawa seraya menunjuk ke arah tas besarnya yang sedikit terbuka.

“Ini, ngider, siapa tahu ada yang mau beli”, katanya sambil menunjukkan koleksi VCD dan MP3 yang cukup banyak di dalam tasnya.

Saya mengintip sekilas, dan tersenyum. Saya termasuk yang tidak suka membeli CD bajakan. Tapi saya diam saja, dan merasa kurang pas jika pada kesempatan itu berusaha menjelaskan kepada Abah bahwa menjual CD bajakan adalah dilarang oleh pemerintah, dan sudah diharamkan pula oleh MUI. Mungkin ada yang menganggap sikap saya itu keliru. Tidak apa-apa, saya hargai anggapan itu.

Abah kemudian bertutur bahwa dagangan ini lumayan buat nambah-nambah penghasilan. Dari pada cuma nganggur di rumah. Setelah beberapa obrolan singkat lainnya, kami pun berpisah. Lagi pula, tentu tidak nyaman ngombrol lama-lama di tengah jalan yang terik.

Nah, tadi saya sudah berjanji untuk menceritakan siapakah Abah itu.

Abah adalah pria yang sudah berusia sekitar 50-an. Tinggal di dekat perempatan jalan, hanya beberapa meter dari rumah saya. Rumahnya merangkap menjadi warteg alias warung tegal, walau dia bukan berasal dari Tegal. Abah dan istri asli dari Kuningan, Jawa Barat. Anak-anaknya sudah besar, dan tinggal bersama pasangan masing-masing. Jadi, Abah hanya tinggal bersama istrinya di rumah merangkap warteg tersebut.

Setiap hari, usai membantu istrinya memasak untuk warteg, Abah berjualan keliling. Jadi, Abah sebenarnya tidak nganggur seperti yang dia akui. Tapi memang wartegnya cukup dilayani oleh istrinya saja. Sisa waktu yang ada, Abah berkeliling menjual CD. Sore hari, dia sudah kembali ke rumah, duduk di bale-bale depan rumah. Bercengkerama bersama istri dan para tetangga yang sering mampir untuk sekedar duduk-duduk atau minum kopi.

Hubungan kami dengan Abah dan istrinya terjalin baik. Di samping karena kami bertetangga, istri saya termasuk sering berbelanja di warteg itu. Kami memang tidak ada masalah dengan makanan wartegan. Jaman kuliah dulu, warteg malah menjadi menu sehari-hari kami. Warteg memang solusi bagi mahasiswa berkantung pas-pasan. Sekarang, meski kehidupan kami sudah jauh lebih baik, makanan warteg tetap pas di lidah kami.

Setiap kali berbelanja, Abah atau istrinya tidak segan-segan memberikan bonus. Entah berupa bakwan, sayur atau gorengan lainnya. Pada saat lainnya, kadang-kadang kami mengirim beras, walau tidak banyak. Saling memberi hadiah memang indah bukan?

Di sekitar tempat tinggalku, banyak pasangan yang mirip-mirip Abah dan istrinya. Maksudnya, mereka, suami-istri, adalah pekerja keras, bahkan kasar dan kotor. Kok kotor? Iya, karena banyak di antara istri mereka yang berprofesi menjadi tukang cuci buat orang-orang kompleks, sementara suami mereka narik becak atau jadi tukang ojeg. Pendidikan yang rendah, tidak ada skill yang berarti, membuat mereka terpaksa memilih pekerjaan-pekerjaan seperti itu.

Mereka orang-orang terhormat, karena mencari nafkah yang halal, dan tidak merampas hak orang lain. Baik merampas seperti copet jalanan, atau merampas secara halus seperti yang diperbuat oleh sebagian pengusaha besar. Mereka menerima sesuai jasa yang mereka berikan. Mereka juga tidak meminta-minta, entah meminta-minta seperti pengemis yang banyak berkeliaran di jalan, atau meminta-minta dengan cara canggih dengan menyiasati anggaran Negara, seperti terkadang dilakukan oleh sebagian aparat Negara.

Mudah-mudahan anak-anak mereka bisa lebih baik dibandingkan mereka. Bisa meraih pendidikan yang lebih tinggi ketimbang orang tua mereka, sehingga mampu berbuat lebih banyak dan berarti.

Kami sendiri, tak banyak yang bisa kami lakukan. Paling sekedar menyediakan pendidikan dini yang murah berkualitas, di garasi rumah kami. Mencarikan beasiswa untuk satu – dua di antara mereka. Dan berdoa. Jangan pernah remehkan berdoa.

Mereka orang-orang yang mengingatkan saya kepada banyak hadits nabi.

”Siapa saja pada malam hari bersusah payah dalam mencari rejeki yang halal, malam itu ia diampuni”, (HR. Ibnu Asakir dari Anas)

”Siapa saja pada sore hari bersusah payah dalam bekerja, maka sore itu ia diampuni”. (HR. Thabrani dan lbnu Abbas)

”Tidak ada yang lebih baik bagi seseorang yang makan sesuatu makanan, selain makanan dari hasil usahanya. Dan sesungguhnya Nabiyullah Daud as, selalumakan dan hasil usahanya”. (HR. Bukhari)

”Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat”. Maka para sahabat pun bertanya: “Apakah yang dapat menghapusnya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: ”Bersusah payah dalam mencari nafkah.” (HR. Bukhari)

”Apabila kamu selesai shalat fajar (shubuh), maka janganlah kamu tidur meninggalkan rejekimu”. (HR. Thabrani)

”Berpagi-pagilah dalam mencari rejeki dan kebutuhan, karena pagi hari itu penuh dengan berkah dan keherhasilan.” (HR. Thabrani dan Barra’)

“Sesungguhnya Allah Ta‘ala suka melihat hamba-Nya bersusah payah dalam mencari rejeki yang halal”. (HR. Dailami)

“Sesungguhnya seseorang di antara kamu yang berpagi-pagi dalam mencari rejeki, memikul kayu kemudian bersedekah sebagian darinya dan mencukupkan diri dari (meminta-minta) kepada orang lain, adalah lebih baik ketimbang meminta-minta kepada seseorang, yang mungkin diberi atau ditolak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Sebaik-baik nafkah adalah nafkah pekerja yang halal.” (HR. Ahmad)

“Sesungguhnya Allah SWT sangat menyukai hamba-Nya yang Mukmin dan berusaha”. (HR. Thabrani dan Baihaqi dari lbnu ‘Umar)

”Barangsiapa yang bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, maka sama dengan pejuang dijaIan Allah ‘Azza Wa Jalla”. (HR. Ahmad)

Sabrul.jamil@gmail.com

http://www.eramuslim.com/oase-iman/sabrul-jamil-abah.htm

Berhati-hati : Menyampaikan berita BOHONG

15     (Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.(QS. 24:15)


Ancaman Berdusta Atas Nama Rasulallah SAW


Oleh: Abdul Hakim bin Amir Abdat

Dalam masalah ke-2 ini, kami tunjukkan sejumlah hadits-hadits shahih, tentang ancaman yang sangat berat dan adzab yang sangat mengerikan kepada para pendusta dan pemalsu hadits atas Nabi SAW.

Hadits-hadist tersebut ialah :

........... "Man kadzaba a'laiya muta'ammidan palyatabawwa maq'adahu minannaar".

Artinya : Dari Abi Hurairah, ia berkata. Telah bersabda Rasulullah SAW "Barang siapa yang berdusta atasku (yakni atas namaku) dengan sengaja, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya (yakni tempat tinggalnya) di neraka".
(Hadits shahih dikeluarkan oleh Imam Bukhari (1/36) dan Muslim (1/8) dll)

Artinya : Dari Abi Hurairah, ia berkata. Telah bersabda Rasulullah SAW, "Barangsiapa yang membuat-buat perkataan atas (nama)ku yang (sama sekali) tidak pernah aku ucapkan, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka".
(Hadits shahih dikeluarkan oleh Ibnu Majah (No. 34) dan Imam Ahmad bin Hambal (2/321))

Artinya : Dari Salamah bin Akwa, ia berkata. Aku telah mendengar Nabi SAW bersabda : "Barangsiapa yang mengatakan atas (nama)ku apa-apa (perkataan) yang tidak pernah aku ucapkan, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka".
(Hadits shahih riwayat Imam Bukhari (1/35) dll, hadits ini diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad (4/47) dengan lafadz yang sama dengan hadits No. 1,4,5,6 & 8)

Kemudian Imam Ahmad meriwayatkan lagi (4/50) dengan lafadz.

Artinya : "Tidak seorangpun yang berkata atas (nama)ku dengan batil, atau (ia mengucapkan) apa saja (perkataan) yang tidak pernah aku ucapkan, melainkan tempat duduknya di neraka".
Sanad ini shahih atas syarat Bukhari dan Muslim.

Artinya : Dari Anas bin Malik, ia berkata. Sesungguhnya yang mencegahku menceritakan hadist yang banyak kepada kamu, (ialah) karena Rasulullah SAW telah bersabda : "Barangsiapa yang sengaja berdusta atasku (yakni atas namaku), maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka".
Hadits shahih dikeluarkan oleh Bukhari (1/35) dan Muslim (1/7) dll.

Artinya : Dari Amir bin Abdullah bin Zubair dari bapaknya (Abdullah bin Zubair), ia berkata. Aku bertanya kepada Zubair bin 'Awwam : "Mengapakah aku tidak pernah mendengar engkau menceritakan (hadits) dari Rasulullah SAW sebagaimana aku mendengar Ibnu Mas'ud dan si fulan dan si fulan..? Jawabnya : Adapun aku tidak pernah berpisah dari Rasulullah sejak aku (masuk) Islam, akan tetapi aku telah mendengar dari beliau satu kalimat, beliau bersabda : "Barangsiapa yang berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka".
Hadits shahih, dikeluarkan Bukhari (1/35), Abu dawud (No. 3651) dan Ibnu Majah (No. 36 dan ini lafadznya) dll.

Dua riwayat di atas dari dua orang sahabat besar Anas bin Malik dan Zubair bin 'Awwam, menunjukkan betapa sangat hati-hatinya para sahabat radliyallahu 'anhum dalam meriwayatkan hadits Nabi SAW.

Artinya : Dari Abdullah bin Amr, ia berkata. Sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda : "Sampaikanlah dariku meskipun satu ayat, dan ceritakanlah tentang Bani Israil dan tidak ada keberatan (yakni berdosa), dan barangsiapa yang berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya (yakni tempat tinggalnya) di neraka".
Hadits shahih, dikeluarkan oleh Bukhari (4/145) dan Tirmidzi (4/147 di Kitab Ilmu) dan Ahmad (2/159), 202 & 214) dll.

Sabda Nabi SAW. " Ceritakanlah tentang Bani Israil dan tidak ada keberatan", yakni tidak berdosa selama itu baik menurut Syara'.

Berkata Imam Malik. "Yang dikehendaki boleh menceritakan tentang mereka (Bani Israil) ialah dari urusan yang baik, adapun apa-apa yang telah diketahui dustanya tidak boleh". Demikian juga keterangan Imam Syafi'iy, hampir sama. (baca Al-Fathul Bari 7/309 syarah Bukhari).

Saya (Abdul Hakim bin Amir Abdat) berpandangan : Bahwa cerita-cerita tentang Bani Israil itu ada tiga macam :

Yang telah diketahui kebenaran dan kesahihannya oleh Syara' dari perkara-perkara yang baik. Maka inilah yang dimaksud dengan sabda Nabi SAW diatas.

Yang telah diketahui kebatilan dan kedustaannya oleh Syara'. Maka tidak boleh kita ceritakan, kecuali untuk menjelaskan kebatilan dan dustanya.

Yang tidak atau belum diketahui benar dan dustanya. Maka tidak boleh kita imani atau dustai, dan menceritakannya-pun tidak ada faedah sama sekali. (baca Tafsir Ibnu Katsir 1/4).

Artinya : Dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata. telah bersabda Rasulullah SAW. "Janganlah kamu berdusta atas (nama)ku.! Karena, sesungguhnya barangsiapa yang berdusta atasku, maka hendaklah ia memasuki neraka".
Hadist shahih, riwayat Bukhari (1/35), Muslim (1/7), Tirmidzi (4/142 Kitabul Ilmi), Ibnu Majah (No. 3) dan Ahmad.

Artinya : Dari Mughirah (bin Syu'bah) radliyallahu 'anhu, ia berkata, Aku telah mendengar Nabi SAW bersabda : "Sesungguhnya berdusta atasku tidaklah sama berdusta kepada orang lain (selainku), maka barangsiapa yang berdusta atas (nama)ku dengan sengaja, hendaklah ia mengambil tempat tinggalnya di neraka".
Hadist shahih riwayat Bukhari (2/81), Muslim (1/8) dan Ahmad (4/252).

Artinya : Dari Watsilah bin Asqa', ia berkata. telah bersabda Rasulullah SAW. "Sesungguhnya dari sebesar-besar dusta adalah, seorang menda'wahkan/mengaku (berbapak) kepada yang bukan bapaknya (yakni menasabkan diri kepada orang lain yang bukan bapaknya), atau (ia mengatakan) telah diperlihatkan kepada matanya apa yang (sebenarnya) matanya tidak pernah melihat (yakni ia mengaku telah bermimpi dan melihat sesuatu tetapi sebenarnya bohong).

Dalam riwayat yang lain di jelaskan, atau (ia mengatakan), telah diperlihatkan kepada kedua matanya dalam tidur mimpi) apa yang tidak dilihat oleh kedua matanya (yakni ia mengaku telah bermimpi sesuatu padahal dusta), atau ia mengatakan atas (nama) Rasulullah SAW apa yang beliau tidak pernah sabdakan".
Hadits shahih, riwayat Bukhari (4/157) dan Ahmad (4/106) dan riwayat yang kedua, dari jalannya.

Artinya : Dari Abi Bakar bin Salim dari bapaknya (yaitu Salim bin Abdullah bin Umar) dari kakeknya (yaitu Abdullah bin Umar), ia berkata. Sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda. "Sesungguhnya orang yang berdusta atas (nama)ku akan dibangunkan untuknya satu rumah di neraka". Hadist shahih, dikeluarkan oleh Imam Ahmad bin Hambal di musnadnya (2/22, 103 & 144) dan sanadnya shahih atas syarat Bukahri dan Muslim.

TAKHRIJUL HADITS
Hadits "man kadzaba a'laiya" dan yang semakna dengannya tentang ancaman berdusta atas Rasullah SAW, derajadnya MUTAWATIR. Telah diriwayatkan oleh berpuluh-puluh sahabat, sehingga dikatakan sampai dua ratus orang sahabat meriwayatkannya. Dan tidak satupun hadits mutawatir yang derajadnya lebih tinggi dari hadits "man kadzaba a'laiya".
(baca : Syarah Muslim (1/68) An-Nawawi, Fathul Bari (1/213) Ibnu Hajar. Tuhfatul Ahwadziy syarah tirmidzi (7/418-420).

Saya (Abdul Hakim bin Amir Abdat) berpandangan : Bahwa banyaknya sahabat yang meriwayatkan hadits di atas memberikan beberapa faedah yang menunjukan :

Nabi SAW sering menyampaikan dan mengulang-ulang sabdanya tersebut.

Perhatian yang besar para sahabat dalam memelihara, dan menjaga betul-betul sabda Nabi SAW dan segala sesuatu yang disandarkan orang kepada beliau SAW. Sehingga mereka saling berpesan dan berwasiat dan meriwayatkannya sesama mereka. Kemudian mereka menyampaikannya kepada Tabi'in dan Tabi'in menyampaikannya kepada Atba'ut Tabi'in dan seterusnya tercatat dan terpelihara dengan baik dan rapi di dewan-dewan Imam-imam Sunnah. Sehingga sepanjang pemeriksaan saya -hampir-hampir- tidak ada satupun Imam dari Imam-imam ahli hadits melainkan meriwayatkannya di kitab-kitab hadits mereka. Dari Amirul Mu'minin fil hadits Al-Imam Bukhari sampai Imam Ibnul Jauzi radiiyallahu 'anhum wa jazaahumullahu 'anil Islam khairan.

Ketinggian derajadnya dalam kesahihan dan kemutawatirannya dan mencapai tingkat teratas dalam martabat hadits-hadits mutawatir.

Kebesaran maknanya yang meliputi beberapa faedah dan sejumlah qaidah dan menutup pintu kerusakan-kerusakan yang besar dalam Agama ini, disebabkan berdusta atas nama Nabi SAW.

LUGHOTUL HADITS
Sabda Nabi Saw : ....palyatabawaa... = hendaklah ia mengambil

Artinya : Maka hendaklah ia mengambil untuk dirinya satu tempat tinggal (yakni di neraka). Dikatakan : Seorang mengambil tempat, (yakni) apabila ia mengambilnya sebagai tempat tinggalnya (tempat menetap atau rumahnya). Maka sabda Nabi SAW. "Hendaklah ia mengambil tempat tinggalnya di neraka". bentuk perintah yang maknanya kabar, atau bermakna mengancam, atau maknanya mengejek dan marah, atau mendo'akan pelakunya yakni semoga Allah menempatkannya di neraka".
(Al-Fath 1/211 dan syarah Muslim 1/68).

Saya berpandangan : Bahwa tempat tinggal yang dimaksud telah dijelaskan di hadits nomor 10, yaitu Allah SWT telah disediakan untuknya satu rumah di neraka. Wallahu 'Alam.

SYARAH HADITS
Menurut Imam Nawawi (rahimahullahu) hadits ini meliputi beberapa faedah dan sejumlah qawaa'id, diantaranya :

Ketetapan tentang qa'idah dusta bagi Ahlus Sunnah. (akan datang penjelasannya).

Sangat besar pengharaman dusta atas nama beliau SAW, dan merupakan kekejian dan kebinasaan yang sangat besar.

Tidak ada perbedaan tentang haramnya berdusta atas nama Nabi SAW baik dalam masalah-masalah ahkam (hukum-hukum) atau bukan, seperti ; tarhib dan nasehat-nasehat dan lain-lain. Maka semuanya itu adalah haram dan sebesar besar dosa besar dan seburuk-buruk perbuatan menurut ijma' kaum muslimin.

Haram meriwayatkan hadits maudlu'/palsu atas orang yang telah mengetahui kemaudlu'annya atau berat sangkaan bahwa hadits tersebut maudlu'. Maka barangsiapa yang meriwayatkan satu hadits yang ia ketahui atau berat sangkaannya bahwa hadits itu palsu dan ia tidak menjelaskan kepalsuannya, maka ia termasuk kedalam ancaman hadist di atas dan tergolong orang-orang yang berdusta atas nama Rasulullah SAW.

Diringkas dari syarah Muslim 1/69-71 dan baca juga Al-Fath 1/210-214 & 7/310.

Jangan berBOHONG karena dusta ciri orang Munafik

Saat ini, terutama di masa Kampanye Pemilu, saya melihat banyak orang yang tidak sungkan-sungkan untuk berdusta/berbohong hanya untuk membela capres/cawapresnya atau menjatuhkan lawannya. Padahal berdusta itu besar dosanya di mata Allah. Contohnya ada yang berkata hutang berkurang padahal kenyataannya bertambah atau sebaliknya. Maka ramai disebut orang angin/janji surga, jual kecap, dan sebagainya untuk kata-kata dusta yang ditebar di kala kampanye atau waktu lainnya.
Memang di dalam keadaan tertentu, berbohong itu diizinkan.
Rasulullah Saw membolehkan dusta dalam tiga perkara, yaitu dalam peperangan, dalam rangka mendamaikan antara orang-orang yang bersengketa dan pembicaraan suami kepada isterinya. (HR. Ahmad)
Tapi itu pun pada saat yang luar biasa dan Nabi sendiri tetap menghindari untuk tidak berbohong. Sebagai contoh, ketika ada seseorang mencari musuhnya dengan niat berkelahi dan bertanya apakah Nabi melihat ada orang lewat di situ, sebelum menjawab Nabi menggeser tempat berdirinya, baru berkata. “Sejak saya berdiri di sini, saya belum pernah melihat orang lain selain kamu.” Dan memang sejak Nabi berdiri di tempat yang baru dia belum melihat orang lain selain orang yang bertanya.
Tapi hal seperti itu pun jarang dilakukan oleh Nabi sehingga Nabi dijuluki orang sebagai Al Amiin atau yang bisa dipercaya. Jika Nabi menyuruh para sahabat untuk pergi ke arah utara, kemudian setelah jauh berbalik ke selatan itu tidak bisa dikatakan bohong kecuali strategi/taktik militer. Itu pun ditujukan pada orang-orang kafir dan mata-matanya.
Terhadap para sahabat dan orang-orang yang beriman, Nabi boleh dikata senantiasa berkata jujur. Bahkan orang-orang kafir pun mengakui kejujuran Nabi yang tidak biasa berkata bohong.
Allah mengutuk orang yang banyak berbohong:
“Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta” [QS Adz Dzaariyaat:10]
Siksa yang pedih di neraka disediakan bagi para pendusta:
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” [Al Baqarah:10]
“Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa” [Al Jaatsiyah:7]
Jika sering berdusta, maka itu akan menyeretnya ke neraka:
“Hendaklah kamu selalu benar. Sesungguhnya kebenaran membawa kepada kebajikan dan kebajikan membawa ke surga. Selama seorang benar dan selalu memilih kebenaran dia tercatat di sisi Allah seorang yang benar (jujur). Hati-hatilah terhadap dusta. Sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa kepada neraka. Selama seorang dusta dan selalu memilih dusta dia tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta (pembohong). (HR. Bukhari)
Dusta adalah satu ciri orang Munafik:
Nabi Muhammad SAW: “Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu bila berbicara dusta, bila berjanji tidak ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat. “(HR. Muslim)
Nabi Muhammad SAW: “Celaka bagi orang yang bercerita kepada satu kaum tentang kisah bohong dengan maksud agar mereka tertawa. Celakalah dia…celaka dia.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Berdusta bukanlah sifat seorang Mukmin:
“Seorang mukmin mempunyai tabiat atas segala sifat aib kecuali khianat dan dusta. (HR. Al Bazzaar)
Orang yang membohongi temannya atau rakyatnya merupakan pengkhianat besar:
Suatu khianat besar bila kamu berbicara kepada kawanmu dan dia mempercayai kamu sepenuhnya padahal dalam pembicaraan itu kamu berbohong kepadanya. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Media Islam – Belajar Islam sesuai Al Qur’an dan Hadits

BERBOHONG (YANG) “BERLANJUT”…


Bismillahir rohmanir rohiim.
Assalamu’alaykum warohmatullaahi wa barokaatu…


Saudara-saudari Jean yang di sayang oleh Allah subhanahu wa ta’ala…

Ternyata catatan pendek sebelum ini, yang mengetengahkan “permasalahan” BOHONG dan BERBOHONG itu masih berlanjut. Salah satunya melalui argumentasi yang di sampaikan oleh akhi Joko Purnomo saudaraku rahimakumullaahi.

Afwan jiddan yaa akhi Joko kalau reply-nya Jean muat dalam catatan ini. Semoga dengan begini kita dapat mendiskusikannya dengan saudara-saudari yang lainnya. Jazakallah khoir…

Joko Purnomo : 
Saya sependapat dengan Akhi Abu. Suatu contoh, jika nanti Jean berumah tangga dan menyiapkan hidangan untuk suami (afwan, ternyata hidangan itu tidak enak) maka si suami boleh berbohong dengan mangatakan hidangannya enak tapi kok kurang asin ya bu...., coba bayangkan kalo si suami berkata jujur. 

Suatu contoh lagi, jika kita mengetahui seseorang (Muslim) diburu oleh orang kafir misalnya hendak di tangkap dan dibunuh, ketika kita di tanya oleh para pemburu itu..., Apakah anda melihat seseorang yang berlari lewat sini? Maka anda boleh berbohong untuk menyelamatkan orang tersebut dengan mengatakan saya tidak melihatnya atau saya melihat dia lari kesana. (padahal orang tersebut ada di dalam rumah kita misalnya) 

Bukankah semua itu BOHONG???



Jeanny Dive : Wahai saudara-saudariku yang dirahmati oleh Allah...

Yakinlah bahwa berbohong dan atau berbuat dosa itu, (biasanya) diawali dari sesuatu yang (dianggap) remeh atau kecil-kecilan, kemudian ia akan meningkat menjadi candu dan kebiasaan, sehingga dosisnya pun akan bertambah dari waktu ke waktu.

Analogi tentang (harus) berbohongnya seorang suami kepada istri, menurut Jean bukanlah solusi yang bijaksana, dan tidak pula akan memperbaiki hasil masakan dari si istri.

Mengapa HARUS berbohong? Bila hal itu tetap saja tidak akan membuat masakannya menjadi lezat? Bukankah masih banyak cara lain dalam menyatakan perihal yang sebenarnya? Yaa tentu saja tidak dengan cara yang kasar, dan tidak pula menyinggung perasaan satu dengan yang lainnya.

Apabila Jean dijadikan sebagai pembanding untuk masalah ini, sungguh dan insyaAllah aku takkan tersinggung apabila "siapapun" menyampaikan sesuatu yang memang benar adanya. 

1. Bukankah Jean juga punya SELERA yang dapat membedakan antara enak dan tak enaknya suatu masakan..!? ^_^ Aneh bukan bila aku tidak bisa menelan masakan yang kubuat sendiri, lalu aku mengharap “suamiku” menyatakannya nikmat dan lezat?

2. Adalah ANGGAPAN yang keliru lagi menyesatkan, mendapati opini yang mengatakan bahwa “perempuan” itu senang dibohongi. Menurut Jean opini seperti itu merupakan “pinter-pinterannya” orang kafir untuk menipu akidah kita. Biasanya pendapat demikian itu di populerkan oleh berbagai media kafir yang kian subur di negeri ini. Kalau media itu berupa majalah, maka silakan temukan (semisal) di majalah Kosmopolitan dan lain sebagainya.

3. Afwan jiddan yaa… :) Apabila ada tipe lelaki yang punya mental seperti itu, terus terang Jean tidak akan pernah tertarik padanya, dan juga tidak ingin menikah dengan dirinya… ^_^

Satu hal lagi, mohon bedakan antara "berbohong" dengan "membela" segala sesuatu yang Haqq. Mendapati argumentasi di atas, bisa jadi engkau mengukur diri saat itu, dan merasa tak mampu membela saudaramu dengan jalan sungguh-sungguh berjihad (Qital) sebagaimana perintah Islam. (Dalil QS. Al-Baqarah {2}:193). 

Nah dalam hal ini siapa sebenarnya yang berbohong dalam bohong...!?

Bukankah apabila dirimu mengetahui bahwa ketika orang Kafir memerangi diri ataupun saudaramu, maka dalam hal ini engkau wajib membalas perang mereka itu!? Tapi mengapa justru malah berbohong, dan sama-sama jadi pengecut seperti saudaramu yang lari itu… :P

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah {9}:14).

Kembali lagi kepada masalah berbohong, untuk apa berbohong bila Allah jalla wa ‘ala menjanjikan berbagai bentuk kemuliaan lewat kejujuran, sebagaimana firman-Nya: “
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS. Al-Zalzalah {99}:7).

Untuk itu marilah benar-benar sami’na wa atho’na kepada peringatan Allah ta'ala berikut ini: “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta.”(QS. An-Nahl {16}:105).

Sungguh Mahabenar Allah dengan segala kehendak-Nya.


Barakallahu fiikum,
Wassalamu’alaykum wr.wb.
~Jeanny Dive~

Hikmah meninggalkan berkata BOHONG

Dalam sebuah hadis yg diriwayatkan oleh Luqman Hakim menceritakan pada suatu hari ada seorang telah datang berjumpa dgn Rasulullah S.A.W. kerana hendak memeluk agama Islam. Sesudah mengucapkan dua kalimah syahadat lelaki itu lalu berkata :
“Ya Rasulullah. Sebenarnya hamba ini selalu sahaja berbuat dosa dan payah hendak meninggalkannya.” Maka Rasulullah menjawab : “Mahukah engkau berjanji bahawa engkau sanggup meninggalkan cakap bohong?”
“Ya saya berjanji” jawab lelaki itu singkat. Selepas itu dia pun pulanglah ke rumahnya.
Menurut riwayat sebelum lelaki itu memeluk agama Islam dia sangat terkenal sebagai seorang yg jahat. Kegemarannya hanyalah mencuri berjudi dan meminum minuman keras. Maka setelah dia memeluk agama Islam dia sedaya upaya utk meninggalkan segala keburukan itu. Sebab itulah dia meminta nasihat dari Rasulullah S.A.W.
Dalam perjalanan pulang dari menemui Rasulullah S.A.W. lelaki itu berkata di dalam hatinya :
“Berat juga aku hendak meninggalkan apa yg dikehendaki oleh Rasulullah itu.”
Maka tiap kali hatinya terdorong untk berbuat jahat hati kecilnya terus mengejek.
“Berani engkau berbuat jahat. Apakah jawapan kamu nanti apabila ditanya oleh Rasulullah. Sanggupkah engkau berbohong kepadanya” bisik hati kecil. Setiap kali dia berniat hendak berbuat jahat maka dia teringat segala pesan Rasulullah S.A.W. dan tiap kali pulalah hatinya berkata :
“Kalau aku berbohong kepada Rasulullah bererti aku telah mengkhianati janjiku padanya. Sebaliknya jika aku bercakap benar bererti aku akan menerima hukuman sebagai orang Islam. Oh Tuhan..sesungguhnya di dalam pesanan Rasulullah itu terkandung sebuah hikmah yg sangat berharga.”
Setelah dia berjuang dgn hawa nafsunya itu akhirnya lelaki itu berjaya di dalam perjuangannya menentang kehendak nalurinya. Menurut hadis itu lagi sejak dari hari itu bermula babak baru dalam hidupnya. Dia telah berhijrah dari kejahatan kepada kemuliaan hidup seperti yg digariskan oleh Rasulullah S.A.W. Hingga ke akhirnya dia telah berubah menjadi mukmin yg soleh dan mulia.

sumber : file hlp 1001 kisah teladan