Dosa Kecil yang Menjadi Besar


Setahu saya dalam Islam dikenal istilah dosa kecil dan dosa besar. Dosa kecil adalah dosa yang kadar hukumannya rendah sementara dosa besar adalah dosa yang kadar hukumannya tinggi. Definisi ini sebenarnya agak asal-asalan karena saya sendiri lebih memilih untuk tidak membedakan kecil atau besarnya dosa. Besar kecilnya dosa itu sebenarnya tidak terlalu penting karena kadang dosa besar bisa menjadi kecil atau sebaliknya dosa kecil pun menjadi besar.

Dosa besar bisa menjadi kecil tentu karena sifat Allah yang Maha Pengampun. Sebanyak apa pun dosa yang kita lakukan (misalnya sebanyak air di lautan), semua itu tidak akan ada artinya bila Allah bersedia mengampuni kita. Hal ini berlaku umum kecuali untuk syirik (menyekutukan Allah). Syirik dikatakan sebagai dosa yang tidak akan diampuni Allah. Alhamdulillah Ustadz Sigit Prawono mampu memberikan penerangan yang baik lewat kolom "Ustadz Menjawab" di situs eramuslim: http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/dosa-syirik-dosa-yang-tidak-diampun.htm.

Dalam kolomnya dikatakan bahwa Allah akan senantiasa mengampuni dosa apapun yang dilakukan setiap manusia yang berniat untuk bertobat sepenuh hatinya. Syirik pun termasuk dosa yang dapat diampuni karena rahmat Allah itu luar biasa besarnya. Kalau kita mau memahami besarnya kasih dan sayang Allah kepada hamba-Nya, sulit dibayangkan kalau Allah menolak untuk mengampuni dosa orang yang bertobat sepenuh hati.

Kalau memang begitu adanya, bagaimana mungkin ada dosa kecil apa yang bisa menjadi besar? Saya akan coba ambil contoh. Misalkan A tertangkap basah mencuri. Dia dipenjara untuk beberapa waktu. Setelah dibebaskan, A mencuri lagi dan tentu saja tertangkap lagi. Dia dipenjara lagi dan pada akhirnya dibebaskan lagi. Siklus itu terus berputar. Setiap kali dibebaskan, A kembali mencuri, tertangkap, dan dipenjara, dibebaskan, dan kembali mencuri lagi.

Kalau saya menjadi polisi yang menangkap A, lama-lama akan tumbuh rasa geregetan yang tidak tertahankan. Pertama kali A mencuri mungkin dilakukan karena terpaksa, kedua kali mungkin karena masih terpaksa, ketiga kali karena merasa bisa lolos, keempat kali karena kebiasaan, kelima kali dan seterusnya karena sudah tidak lagi acuh dengan aturan dan aparat.

Dosa pun bisa berkembang seperti itu. Pertama kali Anda berbohong mungkin karena terpaksa untuk menutupi kesalahan. Kedua kali Anda berbohong lagi-lagi untuk menutupi kesalahan. Ketiga kali Anda berbohong karena sudah biasa. Lama-kelamaan Anda tidak lagi merasa salah karena berbohong. Pada titik ini, Anda sudah melecehkan kekuasaan dari Allah yang Maha Tahu. Kebohongan Anda berkembang dari sebuah keterpaksaan menjadi pembangkangan terhadap Allah. Ini yang saya maksud dengan berkembangnya dosa kecil menjadi dosa besar.

Saya pribadi pun pernah "membangkang" terhadap perintah atau larangan Allah. Jurus-jurus yang dilancarkan syaithan senantiasa mampu memanipulasi hati dan pikiran saya sehingga saya sering menganggap enteng dosa-dosa yang saya lakukan. Hati dan pikiran saya seringkali dimanipulasi sehingga sering membuat berbagai macam alasan untuk membenarkan perbuatan dosa tersebut. Saya yakin saya tidak sendirian dalam hal ini.

Dosa kecil bisa terus berkembang menjadi besar saat kita tidak lagi peduli dengan perbuatan dosa kita. Bersikap cuek dengan perbuatan dosa sama saja dengan mengelabui Allah SWT. Apalagi Allah itu memiliki sifat Maha Tahu. Merasa mampu mengelabui Allah adalah kebohongan terbesar yang sering dimanfaatkan syaithan untuk memperdaya manusia.

Kunci untuk mencegah terjadinya dosa besar adalah dengan tidak meremehkan satu pun perbuatan dosa yang kita lakukan. Sekecil apa pun perbuatan dosa yang kita lakukan, sudah selayaknya kita sepenuh hati memohon ampunan kepada Allah SWT. Dengan begitu kita dapat menjaga diri kita dari meremehkan perintah dan larangan Allah SWT. Pada akhirnya kita pun dapat meremehkan keberadaan Allah yang senantiasa mengetahui semua perbuatan kita.

Referensi:

0 komentar:

Posting Komentar