“ Maaah, 29 hari lagi kita pulang ya ke Indonesia….?”
“ Asyiiiik 7 hari lagi kita pulang….!”
“ Horeee, besok kita ke Indonesia ya Mah!”
Itulah rangkaian kata-kata yang selalu diucapkan anak-anakku, termasuk gadis cilikku yang cantik saat menjelang liburan sekolah tiba. Ya…..menghitung hari, menunggu detik-detik kepulangan kami berlibur ke tanah air, berjumpa dengan kakek, nenek, dan saudara-saudara tercinta yang selalu dekat di hati kami.
Tak terasa…..5 tahun sudah aku, suami, dan 3 orang anak-anak kami merantau di negeri gajah putih. Suka dan duka kami arungi bersama. Dulu…..jagoanku yang ganteng baru masuk kelas 2 SD, kini sudah 1 SMP. Dulu….jagoanku yang cakep masih TK-B, kini sudah kelas 5 SD. Dulu…..gadis cilikku yang cantik baru berumur 3 bulan, kini sudah kelas TK-B.
Gembira, haru dan was-was…… itulah yang aku rasakan saat pertama kali mendengar kabar kepindahan kami ke negeri orang. Aku gembira menanti petualangan baru di depan mata, aku terharu mendengar keberhasilan suami tercinta menggapai citanya, namun aku juga was-was akan kemampuan diri, mengingat aku baru saja melahirkan anak ke-3 dan terbayang semua pekerjaan rumah tangga yang harus ditangani sendiri tanpa khodimat (mbak). Sanggupkah nanti ?
Alhamdulillah sejak hijrah ke negeri yang terkenal dengan duren monthongnya, kami diberikan banyak kemudahan oleh Yang Maha Penyayang. Anak-anak menuntut ilmu di Sekolah Indonesia yang terletak di dalam area KBRI dengan lokasi yang berdekatan dengan tempat tinggal kami. Kami cukup mudah beradaptasi dan tidak mengalami banyak kesulitan.
Hari demi hari berlalu, bulan demi bulan berjalan, tahun demi tahun terlewati…..aku mendapatkan banyak pelajaran berharga, salah satunya memasak. Buat banyak orang memasak adalah hal yang mudah…..namun tidak demikian untukku. Aku terus mencoba dan mencoba, alhamdulillah kepercayaan diri ini perlahan muncul. Walaupun masih jauh dari kata “hebat” namun aku sangat bahagia dengan sambutan yang hangat dari orang-orang terdekat yang aku cintai tentang masakanku.
Seperti biasa, setiap libur sekolah kami mudik ke Indonesia dengan senyum lebar tersungging di wajah anak-anakku. Kakek dan nenek dengan setia selalu menyambut kami dengan hangat dan tangan terbuka lebar di depan pintu kedatangan saat kami keluar dari bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Selama liburan hati kami selalu dihiasi dengan rasa gembira. Walau kami jarang bertemu, namun canda dan tawa begitu dekat dalam keseharian kami bersama saudara-saudara tercinta di tanah air. Tak terasa….liburan satu bulan berlalu begitu cepat bagai hanya seminggu. Padatnya jadwal harian bersilaturahmi dan berwisata kuliner ke berbagai tempat di tanah air tak membuat kami lelah, semua terhapus oleh rasa gembira yang meluap-luap di dalam dada. Akhirnya tibalah saatnya kami harus kembali ke Bangkok, memulai kegiatan rutin kami, belajar dan bekerja yang semuanya adalah rangkaian ibadah.
Terlihat ada perubahan sedih di wajah anak-anakku setiap kali melihat nenek, kakek, wa, tante, oom, dan sepupu-sepupunya melambai-lambaikan tangan mengucapkan selamat jalan kepada kami di pintu masuk bandara. Sungguh, tak tega rasanya hati ini menatap ibuku tercinta yang selalu meneteskan air matanya setiap mengantarkan kami pergi. Aku berusaha untuk menahan diri agar air mata ini tak jatuh menetes.
Kaki-kaki melangkah perlahan memasuki pintu pesawat. Kucoba melirik gadis cilikku…..biasanya ia selalu ceria. Kali ini aku tersentak dengan apa yang aku lihat…..ada butiran air mengambang di pelupuk matanya. Aku coba usap air itu dengan senyum di wajahku. Aku coba menghibur lara di hatinya. Namun apa yang aku lakukan ternyata menambah deras air matanya. Gadis cilikku menangis sesengukan dalam pelukanku. Aku mencoba bertahan, kubuang pandangan mataku ke luar jendela pesawat agar air mata ini tak tumpah……kucoba sekali lagi untuk bertahan…. namun ternyata aku tak mampu…..
Rindu……gadis cilikku kini telah paham apa arti rindu. Rindunya dengan tanah air belum puas terobati……rindunya bersama dalam kehangatan keluarga besar belum tertuntaskan….. Rindu ini masih dan akan selalu ada ……”Aku sayang Indonesia,” ujarnya perlahan.
Dalam rindu ini, kupanjatkan syukur ke hadirat Illahi Rabbi karena telah Kau tanamkan sifat “Rahman dan Rahim-MU” kepada saudara-saudaranya dan cinta kepada tanah airnya di dalam hati anak-anak kami….buah hati kami….
Wallohua’lam bishshowab.
….dan dijadikan-NYA di antaramu rasa kasih dan sayang. (QS Ar-Ruum :21)
…..maka ALLOH mempersatukan antara hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat ALLOH orang-orang yang bersaudara….(QS Ali Imran : 103)
Kami yang selalu merindu…...
Bkk, 27 Juli 2009