Hidup dan Matinya Hati

Pernahkah suatu kali Anda melihat ikan berada di atas tanah? Apakah yang terjadi pada dirinya saat itu? Anda akan mendapatkan ikan tersebut menggelapar-gelepar dan tidak bisa tenang. Bila keadaan itu berlangsung dalam waktu yang lama, bisa dipastikan ikan tadi akan mati.

Dari ilustrasi di atas, pelajaran apa yang kira-kira bisa kita petik?

Sesungguhnya ikan hanya akan bisa hidup jika ia berada dalam air. Ketika ia dikeluarkan dari komunitas hidupnya, ia tidak akan bisa bertahan hidup secara normal dan apabila itu berlangsung lama, ia akan mati. Dengan demikian, ikan diciptakan untuk hidup di air.

Begitulah lebih kurang penulis umpamakan kondisi hati manusia. Sesungguhnya Allah Swt menciptakan hati dan menjadikan sumber kehidupan dan ketenangannya adalah dengan mengenal Allah, mencintai-Nya dan selalu ingat pada-Nya. Dengan hal itu hati akan bisa hidup dan selalu bisa merasakan nikmat-nikmat Allah. Dengan hidupnya hati, ia akan memberi cahaya pada jalan-jalan kehidupan yang dilalui.

Namun bila hati diletakkan pada dunia, cinta padanya dan dunia mendapat tempat di dalam hati, maka dipastikan hati tersebut tidak akan pernah bisa tenang dan tentram dalam arti yang sesungguhnya. Walaupun secara zahir nampak ketenangan dan kebahagiaan, tapi ia hanya bersifat sementara bahkan kesenangan yang menipu.

Allah Swt berfirman: "Ketahuilah, bahwa dengan berdzikir kepada Allah, hati menjadi tenang." (QS. ar-Ra`du : 28)

Ayat di atas telah menjelaskan pada kita bahwa hanya dengan berzikir pada Allah hati akan merasakan ketenangan, seperti halnya ikan akan bisa hidup tenang di dalam air.

Ketika hati lalai dari mengingat Allah, ia akan selalu resah, gelisah, dan tidak pernah merasa tentram, seperti halnya juga bila ikan keluar dari komunitas hidupnya, ikan tersebut akan menggelepar-gelepar. Bila keadaan itu berlangsung lama, bisa dipastikan hati akan sakit dan pada akhirnya akan mati seperti matinya ikan.

Hati yang hidup akan bisa mengambil pelajaran dan menerima petunjuk. Sebagaimana firman Allah Swt: "Al-Qur`an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan. Supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup." (QS. Yasin : 69-70)

Dan firman Allah Swt yang lain: "Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati." (QS. Qaf : 37 )

Dalam sebuah haditsnya Rasulullah Saw menyampaikan, "Perumpamaan orang yang mengingat Tuhannya dan yang tidak mengingat-Nya adalah seperti orang yang hidup dan yang mati." (HR. Bukhari ) dan Muslim meriwayatkan: "Perumpamaan rumah yang di dalamnya disebutkan Allah dan yang tidak disebutkan Allah di dalamnya adalah umpama orang yang hidup dan yang mati".

Di hadits lain Rasulullah Saw menyebutkan, "Allah Swt berfirman, "Aku bergantung pada prasangkaan hamba-Ku pada-Ku, dan Aku bersamanya apabila ia mengingat-Ku. Apabila ia mengingat-Ku dalam dirinya, Aku mengingatnya dalam diri-Ku, apabila ia mengingat (menyebut)-Ku di kumpulan orang banyak, Aku akan menyebutnya di kumpulan yang lebih baik dari mereka. " (Muttafaq `Alaihi )

Hadits di atas menerangkan pada kita bahwa Allah Swt bergatung pada persangkaan hamba-Nya pada-Nya dan Dia selalu bersama hamba-Nya bila seorang hamba selalu ingat dan menyebut Allah Swt.

Siapakah diantara kita yang tidak ingin memiliki hati yang hidup? Hati yang akan selalu menjadi pendorong untuk ketaatan dan amal kebaikan.

Namun kehidupan hati tidak akan bisa kita dapatkan, kecuali bila ia kita isi dengan ma`rifatullah, yang dengannya ia akan bisa merasakan ketenangan. Hati akan hidup bila ia selalu berada dalam samudera zikir ilahi, hati akan hidup bila ia diisi dengan cinta pada Allah Swt, dengan selalu menyebut-Nya dan merasakan kehadiran-Nya dimanapun kita berada. Semoga bermanfaat dan menjadi renungan kita bersama.

Salam dari Kairo,

marif_assalman@yahoo.com

www.marifassalman.multiply.com

0 komentar:

Posting Komentar